Powered By Blogger

Kamis, 14 Agustus 2014

White Lies ? Adakah ? Bolehkah ?



White Lies ? Adakah ? Bolehkah ?


Kembali lagi saya menuliskan apa yang menjadi opini dalam pikiran saya, dan selama opini itu misalnya membuat anda tersinggung atau anda merasa terlecehkan dalam opini saya ini, yang pertama saya mengatakan mohon maaf yang sedalam-dalamnya.
Dan yang ke dua saya ingin anda menuliskan bagian mana yang menurut anda melecehkan anda supaya kita bisa bicarakan bersama sesuai dengan asas pancasila sila ke 4 (bunyinya pasti anda sudah tahu dong :p ?).
Okay sekarang saya ingin menjelaskan sedikit opini saya tentang “white lies” kalau dalam bahasa Indonesia ya kebohongan demi kebaikan, memang ada ? Dan bolehkah di lakukan ? Mari kita bahas menurut opini saya :p.

Secara arti bebas bohong merupakan sebuah perbuatan yang berarti memberitahu hal lain untuk menutupi hal yang sebenarnya

simplenya si begitu (kalau versi KBBI)

bohong a 1 tidak sesuai dng hal (keadaan
dsb) yg sebenarnya; dusta: kabar itu --
belaka; ia berkata --; 2 bukan yg
sebenarnya; palsu (biasanya mengenai
permainan): uang --; lotere --;

berbohong
v menyatakan sesuatu yg
tidak benar; berbuat bohong; berdusta:
jangan coba-coba ~ nanti ketahuan;

membohongi v mengatakan sesuatu yg
tidak benar kpd; mendustai; menipu:
sudah kerap kali dia ~ ku;

kebohongan n perihal bohong; sesuatu
yg bohong: ~ nya suatu ketika akan
ketahuan juga;

Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Pusat Bahasa Depdikbud : Jakarta

Okay itu hanya versi lain tentang kata bohong dan kata lain yang dapat di bentuk dengan kata dasar bohong, well kita kembali lagi dengan tema “white lies.” Dan menurut saya “White lies” itu adalah hal yang paling menggelikan dan hanya menutupi fakta bahwa bohong itu bisa di pergunakan untuk kebaikan.

Banyak orang jaman dahulu yang suka menggunakan “white lies” untuk membuat anak mereka takut dan segera melaksanakan perintah orang tua atau agar si anak jera membuat kesalahan yang sama, contoh :

Kalau menyapu masih tertinggal sisa-sisanya katanya nanti pasangan hidupnya bakal kumisan (ya kalau yang laki-laki mah memang, kalau yang perempuan... ah gak tau dah :p)

Kalau masak terlalu asin tandanya minta segera menikah (apa hubungannya masak terlalu asin dengan menikah coba :o ?)

Kalau main di jam-jam petang nanti di culik sama mahkluk halus (heh, emang makhluk halus itu kira gak punya hati ? Punya lho, ati-ati ngomong sembarangan bahaya lho. Padahal itu maksudnya supaya pada ingat sembahyang untuk yang menjalaninya.)

Dan masih banyak white lies-white lies yang lain yang orang jaman dahulu gunakan sebagai alat untuk memberikan nasehat kepada anak-anaknya, namun karena anak jaman sekarang sudah canggih-canggih mitos seperti itu sudah mulai luntur dan hilang dari nilai-nilai kehidupan.

Dan white lies menurut saya lagi adalah cara yang paling kurang bisa di terima, meski katanya untuk kebaikan (heh kebaikan dari mana coba ? Di kira bohong itu ada yang jahat dan yang baik ? Namanya bohong ya tetaplah bohong lah.)

Bayangkan kalau orang tua berkata :

“Hei kalau rebutan buku, nanti bukunya nangis lho !” (ini suatu keBULLSHITan yang paling BULLSHIT menurut saya, hello ? Sejak kapan buku bisa nangis ?)

bandingkan dengan

“Mama lagi belum punya uang untuk ngebelikan kamu baju baru” tapi di jelaskan alasan sesungguhnya karena misal bajunya yang lama masih bisa di pakai, bajunya masih muat di pakai, atau alasan yang lebih logis lainnya, ketimbang alasan pura-pura yang di luar nalar ? Haduh.

Kesimpulan saya :

white lies dalam bentuk apapun dan untuk kegunaan baik pun, tetap di katakan sebagai kebohongan, dan kalau kita bangga menggunakan white lies tanpa merasa kita sudah melakukan sebuah kesalahan fatal ? Maka bersiaplah untuk membuat lubang baru dan menutup lubang sebelumnya.

Hey ? Kebohongan kan sifatnya begitu, untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya, kita musti membuat kebohongan baru kan ? hayo :D ?

Okay sekian tulisan saya, sampai jumpa di tulisan berikutnya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar