Powered By Blogger

Senin, 09 Maret 2015

Tips dalam proses Hypnotherapy




Dalam kesempatan kali ini saya ingin berbagi sedikit dengan pengalaman saya dalam berpraktek dan belajar serta memperbaharui ilmu hypnotherapy saya, dan berikut ada beberapa hal yang sebaiknya anda perhatikan di dalam proses therapy itu sendiri :

1.       Hindari membuat sesuatu (objek) menjadi dalang atau yang bersalah

Beberapa di antara kita mungkin pernah melihat atau mengetahui bahwa terapis yang sedang melakukan terapi kepada klien yang di terapi, memengaruhi klien bahwa objek yang mengganggunya atau membuatnya ketergantungan dan celaka adalah sesuatu yang jahat, HINDARI !!!
Salah satu contoh hal yang biasa di lihat di dalam kehidupan anak dan orang tua, bahwa jika anaknya jatuh, maka orang tua lalu memukul lantai dan mengatakannya nakal atau yang salah, justru sebaliknya sebagai terapis bijak kita harus menuntun dia melepaskan apa yang menjadi keluhannya secara bijak sana dan tanpa memihak benar atau salah, karena jika ini terjadi maka konseling dan therapy di anggap gagal meski anda berhasil menerapinya.

2.      Hindari membuat merubah realita pada objek

“dan ketika nanti anda sudah membuka mata anda bisa merasakan rokok yang anda hisap sebelumnya berasa dan berbau seperti telur busuk, semakin anda menyedotnya semakin anda ingin mual dan muntah dan begitu pula ketika anda menghirup asapnya” HEI YOU WANNA KILL THEM ??? STOP IT !!! realita dalam pikiran memang bisa di rubah tetapi jika realita didalam pikiran itu di rubah maka apa yang terjadi jika ia mengalami benturan sosial di sekitarnya ?
Jika dia lantas berhasil, dan secara tanpa sengaja menghirup asap rokok orang lain lalu anchor yang sudah di pasang secara otomatis merespon apa yang menjadi realita pikirannya, apakah itu yang di namakan berhasil secara utuh ?
Maka dalam melakukan terapi hindari merubah realita bahwa objek tersebut menjadi sesuatu yang berbeda TANPA memberinya peringatan atau pengamanan atas dirinya sendiri.

3.      Hindari merubah realita pada kejadian yang pernah di alaminya (secara extreme)

Hal ini biasanya di lakukan dan tanpa sadar merubah realita di dalam pikiran menyebabkan kesalahan memori dan memunculkan memori baru yang justru belum pernah ada di realita sesungguhnya, dan hal ini tentu sangat membahayakan. Karena merubah realita seperti  yang sudah saya jelaskan di nomor dua, menyebabkan realita pikiran dan realita kenyataan bisa tertukar, yang bahayanya jika hal ini di gunakan untuk permainan kejahatan, bisa menimbulkan kasus yang lebih parah atau paling tidak kasus satu tak kunjung sembuh malah timbul masalah baru.
Jika ingin merubah realita yang ada, sebenarnya bisa contoh :
Dalam kasus phobia kecoa, kita bisa membuat dia menyadari kejadian dan menerima kejadian itu dan berdamai dengan masa lalunya agar masa sekarang ia mengalami rasa yang lebih nyaman.
Tetapi yang salah adalah jika terlalu merubah realita yang ada, bahwa kejadian itu lalu kita ganti bahwa dia telah memukul kecoanya atau mampu membunuh kecoanya dengan sekali pukul, padahal realitanya tidak seperti itu, ini justru menyalahi aturan yang tidak ada menjadi ada
(ini baru kasus phobia kecoa, kalau kasus lebih besar bisa menjadi pasal seperti kasus “Anand Krisna”)

Demikianlah 3 nomor yang saya ingin tegaskan, semoga anda yang bijak dan boleh memahami sedikit cuilan kata-kata saya yang sangat kurang sempurna ini, maaf kata, trimakasih dan sampai jumpa kembali di tulisan saya berikutnya....

Pragmatik dalam Hypnotic Pattern



Dalam kesempatan kali ini saya kembali menulis tentang sebuah tulisan singkat dan sederhana namun saya harap membawa sebuah pengetahuan yang bisa di bagikan secara mudah dan menyenangkan, dan hebatnya adalah saya mendapat pengetahuan ini ketika saya mengikuti mata kuliah linguistik jepang dan saat itu pembahasan paling menarik adalah tentang “Pragmatik”
Pragmatik adalah cabang dari linguistik yang mengkaji bahasa dari segi pengguna atau tindak tutur penggunanya (pada setiap tindak tutur terdapat maksud yang terkandung di dalamnya = Implikatur) dan ternyata dalam hypnosis perlu di perhatikan juga pola bahasa dan apakah yang kita sampaikan itu sudah benar sampai dan menjadi nilai yang baru untuk klien yang kita hadapi ?
Baiklah, pembahasan kita mulai dari “Implikatur.” Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, implikatur adalah maksud dari tindak tutur yang disampaikan dan dalam penyampaiannya terdapat maksud tertentu. Contoh dari “Implikatur” misalnya begini :

“Bro... kamu kan tahu kita itu berteman baik sudah lama

Kata yang saya tebalkan dan beri garis bawah itulah yang di namakan implikatur, karena dalam penyampaiannya mengandung maksud tertentu dan maksud tersebut tersebut tidak di sampaikan secara langsung melainkan memiliki banyak makna di balik itu (karena makna yang di sampaikan bermakna denotatif atau bermakna ganda).
Namun dalam penyampaiannya agar dapat di pahami oleh lawan bicara, “Implikatur” memiliki 4 maksim/aturan yang harus di taati yaitu :

Maksim Kuantitas :
Artinya dalam berbicara kita wajib berbicara secukupnya dan dalam porsi yang pas. Contoh yang salah misalnya
“Nanti tolong kamu turun kebawah dan ambilkan barang yang ada di atas meja saya itu.
Tahu di mana letak kesalahannya ? pada kalimat turun kebawah di situ mengandung pola yang di sebut pemborosan kata, dalam majas di sebut majas “pleonasme” adalah salah satu majas penegasan namun penegasannya tidak wajib di tuliskan. Dan di kalimat ada di atas meja saya itu mengandung keambiguan, karena si pemberi perintah tidak memberikan perintah yang jelas tentang benda apa yang di maksud.
Dalam hypnosis kita wajib menghindari makna ganda, kecuali anda memang sengaja menggunakan kata ambigu sebagai pola bahasa yang memang ingin anda mainkan sebagai salah satu sugesti anda, namun hati-hati dalam menggunakannya jika salah nanti malah mengandung arti yang membingungkan bahkan klien tidak paham dengan sugesti yang di tanamkan maka dari itu berikan ketegasan dan kalimat yang pas dalam menanamkan sugesti ke diri klien.

Maksim Kualitas :
 Memberikan Informasi yang benar kepada seorang, jika seseorang mengatakan A maka apapun terjadi informasi yang tadinya A itu harus tetap menjadi Informasi yang tetap A, jika informasi A itu berubah menjadi B atau C atau yang lainnya berarti ada kesalahan penyampaian ketika informasi di sampaikan dan kemungkinan ada kesalahan penerimaan atau kesalahan penyampaian.
Maka dalam hypnosis jika kita menanamkan informasi haruslah benar dan bersifat dapat di terima terhadap keyakinan dan apa yang dia percayai, jika kita menanamkan informasi yang salah, maka berbahaya jika terjadi false memory dalam diri klien.

Maksim Relevansi :
Dialog yang di lakukan haruslah benar, cara termudah dalam memahami maksim ini ialah ketika kita berdialog soal harga BBM misalnya, nah haruslah apa yang di bicarakan di dalam dialog itu baiknya dan cara penyampaiannya serta data-datanya masih ada sangkut pautnya dengan kenaikan BBM, kalau kenaikan BBM di sangkutkan dengan maraknya aksi begal, lalu di sangkutkan juga dengan adanya demo soal pemerintahan, nah ini gimana mau menjadi dialog yang benar ?
Yang ada malah menjadi dialog yang kacau balau plus menyesatkan, dan ujung-ujungnya hal-hal yang kurang di inginkan malah terjadi. Dan tentunya anda ingin kan kalau pertemua dengan klien itu berujung ke kesembuhan klien bukan ke mana-mana ?

Maksim Cara :
Dan yang terakhir ialah cara, cara menentukan bagaimana penyampaian makna yang di inginkan bisa terwujud, dua cara dalam penyampaian bahasa ialah verbal dan non verbal. Verbal berarti menggunakan bahasa sebagai media atau alat penyampai makna satu ke makna lainnya, sedangkan non verbal bisa dengan bahasa tubuh, gerakan tangan, mimik muka, bahkan bahasa mata serta beberapa hal yang belum saya jelaskan di sini (maklum keterbatasan, hehehe...)
Cara juga sangat penting dan bahkan menjadi pondasi bagaimana anda ingin membawa klien menuju kondisi trance dengan aman dan nyaman, contoh :
Anda menerapi seorang peselam, tetapi cara yang anda terapkan ternyata masih salah dengan memasukan kata “dalam” sebagai kosa kata yang baku untuk melakukan deepening, kata “dalam” bagi peselam jika membayangkan laut maka artinya itu membuat dia menyelam ke dasar yang lebih lagi, padahal realita dalam pikiran itu efeknya luar biasa bahkan salah-salah bisa membunuh orang tersebut.
Perhatikan cara anda melakukan therapy, bahkan perhatikan kata yang anda pakai sekalipun, ingat, salah cara timbul bencana.

Dan dalam pragmatik sendiri komunikasi di susun menjadi tiga tahap yaitu

Lokusi yang artinya “struktur kalimat secara fisik” bisa dengan tulisan, bisa dengan ucapaan bahkan dengan bahasa tubuh
Selanjutnya ada Ilokusi “Maksud kalimat yang di ucapkan pembicara” mengandung makna apakah dan apa yang ia katakan ?
Terakhir ialah Perlokusi “Reaksi penerima maksud dari Ilokusi” dalam hal ini lawan bicara dan apa respon di balik itu

Jika di tuliskan sebagai contoh, misalnya...

“Semuanya...” (di ucapkan dengan pelan, namun dengan hentakan tangan ke meja)
Beberapa detik yang lantas memberikan efek berpikir cepat dan akhirnya mahasiswa pun diam.

Well itulah kira-kira secuil ilmu pragmatik yang bisa saya jabarkan untuk anda, semoga bermanfaat dan berfaedah, trimakasih...

Senin, 26 Januari 2015

Selamat Jalan Pahlawan






Pagi itu, kubuka pagiku  dengan bersyukur atas karunia sang pencipta karena masih memberikanku nafas kehidupanNya kepadaku, masih dalam keadaan belum sepenuhnya kembali kesadaranku aku mulai berjalan ke warung di sebelah rumahku dan mulai merobek sebungkus kopi dan menyeduhnya untuk ku nikmati di pagi hari yang sungguh indah ini.
Ku lirik jam dinding yang menatapku dengan tatapan sinis, seakan menunjukan bahwa “waktumu di rumah untuk bersantai sudah berakhir, segeralah mandi dan bersihkan dosa-dosa yang menempel di tubuhmu !!!” begitulah jam dinding rumahku memberikan arti tatapan sinisnya.
Dan, aku mulai melangkah menuju tempat istimewa... ya... “kamar mandi” adalah tempat istimewa bagi hampir sebagian bahkan seluruh orang yang ada di seluruh belahan dunia, entah kenapa itu memang berlaku dan memang begitulah ketetapannya. Jika kamu belum percaya, maka buktikanlah ! Karena di dalam ruangan ini, manusia akan memperlihatkan dirinya yang sesungguhnya dan tak bisa menutupi apapun di dalam dirinya.
Bagi sebagian orang, kamar mandi sendiri adalah tempat untuk mengekspresikan berbagai kegiatan yang tidak bisa di ekspresikan ketika bersama orang lain.
Eits... kalau kalian berpikir porno berarti kalian salah besar terhadap maksudku, dan ada dua kemungkinan, bahwa...
Kalian memahami apa yang sedang aku maksudkan karena memang input dan output nya yang berbeda, atau... kalian tidak pernah mempelajari linguistik...
Ah sudahlah, nanti malah panjang urusannya. Sebenarnya yang aku maksud adalah semisal menyanyi di kamar mandi, adalah kegiatan yang pasti sering di lakukan oleh hampir semua orang di dunia ini. Karena ini adalah kegiatan ternikmat saat berada di kamar mandi, sambil menikmati segarnya air mandi dan harumnya bau sabun mandi yang membersihkan segala dosa yang menempel pada hari sebelumnya.
Bicara soal menyanyi di kamar mandi, kegiatan ini selain menjadi kenikmatan tersendiri bagi para penikmatnya, mungkin hanya kegiatan inilah yang paling bisa mengusir rasa sepi karena sendiri di kamar mandi. Atau jika air mandimu berasa sedingin es, mungkin hal inilah yang bisa kamu lakukan untuk mengusir rasa dingin yang mulai menusuk tulang-tulangmu.
Ah sudah, kita langsung ke inti saja, karena bawah sadarku sudah mengingatkan ku bahwa hari ini aku harus datang ke klinik tempat aku bekerja sebagai hypnotherapist, dan mulailah aku mengganti bajuku, memasukan laptopku, memakai jaket angkatan yang bertuliskan “Nihon no Bungaku” yang kurang lebih artinya “Sastra Jepang,” karena ya di situlah aku berkuliah dan mendapatkan siraman berbagai ilmu kehidupan yang bagi mahasiswa lain mungkin hanya sebagai sebuah sekolah bahasa biasa, tetapi tidak buatku.
Di sastra Jepang Sendiri aku mendapatkan banyak sekali ilmu kehidupan, mulai dari siapa orang yang mau bersusah dan berjernih denganku, siapa yang mau bersama denganku saat aku bicara di depan mukanya, siapa yang mau mendengarkan celotehku, dan masih banyak ilmu kehidupan yang aku sudah serap dan aku terima serta aku aplikasikan dalam kehidupan kampus mahasiswa fakultas ilmu budaya.
Sebagai hypnotherapist sendiri aku secara pribadi di tuntut untuk bisa menjadi orang yang fleksibel dan supel kepada semua orang, entah itu tukang becak yang datang untuk hanya sekadar celoteh tentang masalah pendapatannya di hari itu, hingga seorang milyader yang mungkin datang untuk menceritakan kenakalan anaknya yang melebihi sifat malaikat Tuhan yang di usir dari sorga karena keangkukannya, yup melebihi “Lucifer.”
Namun entah kenapa memang seakan Tuhan sudah menggariskan kehidupanku menjadi seorang konselor, dan aku juga tidak serta-merta menolaknya kok, justru aku malah menikmati kehidupanku sebagai seorang konselor dan hypnotherapist. Sejak dari sd aku merasa aku senang dan ingin sekali menjadi pemecah permasalahan seseorang, di smp aku memiliki banyak adik-adik perempuan yang sering aku bantu dalam permasalahan mereka.
Yah maklum aku sendiri saat smp bukan anak yang cukup populer, karena yah... motor gak punya, duit gak punya... ganteng juga enggak... mau pamer apa ?
Bahkan aku memulai awal karirku sebagai vokalis band di smpku, itu saja gak terwujud menjadi sesuatu yang membuatku famous, karena aku saat itu masih “shy-shy cat” alias malu-malu kucing jika berada di depan banyak lautan manusia.
ku langkahkan kaki menuju seni yang lain... “sulap” sebuah seni yang akhirnya menjadi perantauan bagi jiwaku yang masih mencari-cari apakah aku berbakat di seni ini ? dan dari sinilah aku mulai berkenalan dengan “seni komunikasi persuasif” aliasnya hypnosis ini.
tapi aku lebih suka orang mengenalku sebagai seorang penulis, banyak kok karya yang sudah aku buat, hanya saja namaku belum sepopuler nama sastrawan dan penulis lainnya, dan juga karyaku ini sifatnya opensource (eh bener gak ya istilahnya gratis tu ini, hehehe).
Ku mulai perjalananku dengan mencium tangan dan pipi eyang putriku, dan mengambil helm serta mulai mengeluarkan motorku, dalam hati aku berkata... “Halo dunia !!! selamat pagi !!!”
Menyusuri jalanan menuju ke tempat di mana aku bekerja sudah biasa ku lakukan dengan menggunakan motor yang memang di berikan oleh bosku sebagai hadiah karena aku tidak mungkin meminjam motor miliknya selalu, dan motorku ini pun ada sejarahnya, begini singkatnya :
Saat itu aku pergi ke klinik seperti biasa dengan di jemput oleh seseorang yang di suruh oleh bosku, dan saat datang ke sana aku langsung menyambar komputer yang ada di dalam ruangan hypnotherapy, “facebookan dulu ah” begitulah aku berkata dalam hati, soalnya memang di sini ada internet aksesnya, lumayan lah... hehehe.
Saat aku sedang bermain facebook, aku mendengar bosku dengan salah satu pegawai istrinya berbincang-bincang soal motor matic, dan sekadar bercanda dalam hati aku mengatakan... “coba kalau salah satu motornya itu buat aku” hanya sebuah pikiran sederhana seorang mahasiswa biasa, hehehe.
Dan di hari itu katanya ada klien yang datang untuk melakukan konseling dan hypnotherapy pada kami, ternyata seorang oma-oma china yang datang. Yah siapapun yang datang harus di terima dan di sambut dengan baik bukan ? Ya sudah akhirnya aku berusaha dengan kemampuanku yang terbatas dan memang aku juga baru memulai ini kan ?
Dan jujur saja “3600 detik” itu bukanlah waktu yang sebentar untukku, karena menjadi pendengar yang baik seperti yang aku tuliskan dalam karyaku “The art of listening” itu tidak semudah kelihatannya dan tidak semudah teorinya... pasang kupingmu dan selesai...
Gak semudah itu ya... karena kupingmu juga berkorelasi dengan otakmu yang akhirnya memproses bagaimana informasi yang masuk, dan di cerna lalu di proses sebagai output atau sebagai rasa yang nantinya membuat gerakan tersembunyi seperti kaki yang di hentak-hentakan di lantai atau tangan yang mengetuk meja, itulah tanda bahwa kita sedang geli-geli basah “gelisah.”
Tapi ya berkat kuping yang boleh tetap menempel dan mendengarkan celotehan repetisi ala oma-oma, maka lahirlah motor itu saat aku menerima sebuah sms yang berkata “kamu mau motor warna apa ? tak tukoke,” bagai ketiban durian runtuh (kata orang gitu, padahal aku ndak suka durian) eh aku langsung kaget dan aku berkata “Tuhan engkau memang memberikan ku kesempatan untuk bisa belajar dengan kehidupan ini, trimakasih Tuhan.”
Sesampainya di depan gang menuju ke klinik aku bingung kenapa ada bendera kuning terpasang, dan bawah sadarku memberitahu sebuah informasi bahwa itu tanda orang meninggal di daerah semarang, dan pada akhirnya aku mengerti kenapa sebelum aku berangkat seorang teman yang juga sama-sama therapist sudah memberi pesan “mas aku di depan alfamart dekat klinik” jadi ini to yang menyebabkannya ?
Sebenarnya aku sudah pernah merasakan kehilangan dan merasakan suasana duka kehilangan anggota keluarga, tapi kejadian itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Pertama kehilangan eyang putri lalu di susul eyang kakung (dari pihak papa). Dan kejadian itu tidak pernah membuatku lupa akan apa yang memang sudah beliau lakukan terhadap keluargaku, mulai dari jasa-jasanya sampai hal yang... ah sudahlah tak perlu di bahas...
Aku memutuskan untuk duduk-duduk sebentar dan bercanda bersama temanku ini, tanpa basa-basi aku segera mengambil tindakan dengan mengambil arah berputar ke tempat tujuan awal. Saat mendekati klinik tempat aku bekerja, terlihat bahwa tenda hijau sudah menghiasi depan rumah duka.
Segera ku parkir motorku dan aku mulai menuju tempat di mana aku harus memposisikan diriku, aku pun memulai pembicaraan dan saling bertukar pikiran dengan temanku ini, sambil menunggu seorang bapak yang juga bekerja sebagai assistent bosku di klinik ini. dalam beberapa menit setelah aku bertemu dan beliau duduk di sebuah ranjang tempat pasien stroke nantinya berbaring, bosku datang.
Dan setelah rapat beberapa menit, kami mengambil posisi kami masing-masing untuk bekerja juga saling tukar pikiran, sambil aku sedikit menyadari bahwa di depan klinik sudah mulai banyak lautan manusia bermunculan, karena penasaran aku mulai melihat saat upacara penghormatan di lakukan kepada almarhum.
Dan baru aku menyadari bahwa beliau adalah salah satu pejuang perebut kemerdekaan RI yang masih hidup di era milenium, namun Tuhan berkehendak lain ketika ia harus di jemput pada hari minggu pada jam satu, dan akhirnya ia mangkat sebagai kesuma bangsa, bahkan ada ritual yang menurutku aneh, yaitu para keluarga memutari keranda almarhum beberapa kali, ya sudah mungkin itu tradisi.
Bahkan aku sendiri yang tidak mengenal siapa beliau secara dekat, ikut memberikan penghormatan dengan mengangkat tanganku ke dekat dahi dan membentuk sudut empat puluh lima derajat laksana upacara bendera dalam menghormati inspektur upacara. Namun aku menyadari bahwa ia memanglah pahlawan tanpa pamrih, karena siapa yang mengharap tanda jasa saat merebut kemerdekaan ? Boro-boro tanda jasa, bisa merdeka dari jajahan negara asing saja sudah bersyukur.
Dan acara itu di akhiri dengan membawa almarhum ke tempat pemakaman di mana beliau akan di kebumikan dan di beri sambutan hormat terakhir sebelum manusia yang tadi telah menghormatinya pulang ke kehidupannya masing-masing.
Selamat jalan pejuang !!! Jasamu sangat berarti bagi kami !!! Selamat Jalan Pahlawan !!!

Jumat, 23 Januari 2015

Ebook Baru lagi :D

Hai semua berjumpa lagi dengan saya "MIKHA" dan kali ini saya telah membuat mini ebook yang bisa anda download di sini


http://www.4shared.com/office/FShGT3WRce/Kamu_adalah_Tuhan.html


Ingat ini bukan ebook yang membuat anda lupa pada sang pencipta, tetaplah cerdas dalam membaca :D

Hubungan Phobia dan Trauma akibat menonton Sinetron



Pada tulisan saya kali ini saya tidak ingin membahas banyak hal, hanya sebuah topik yang mungkin saja sudah menjadi bahan yang cukup banyak di perbincangkan entah karena di anggap tidak mendidik atau di anggap terlalu lebay saya tidak begitu paham, tetapi setelah mendengarkan dua buah kasus dari seorang teman therapist, saya jujur pada awalnya kaget dan tidak menyangka bahwa akar permasalahan berasal dari sesuatu yang tidak nyata dan bahkan sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pribadinya tetapi kenapa bisa menjadi sangkut paut dengan orang tersebut ?
Yup, sinetron adalah biang keladi dari permasalahan yang klien teman saya ini derita, memang untuk mengetahui apa yang menjadi perbincangan saya ingin berbagi cerita pada teman-teman baik yang memang sudah professional maupun yang sedang berproses menekuni dunia pemrograman pikiran, begini kira-kira ceritanya :

Teman saya ini di datangi klien dengan keluhan “hopeless” dan pernah mau mencoba bunuh diri, padahal konon di ketahui bahwa ia adalah seorang pengusaha yang memiliki banyak pekerja, dia hidup dalam berkelimpahan. Namun kenapa bisa dia berpikir bahwa dia tidak bahagia ? Bahkan ada keinginan mencoba untuk bunuh diri, dan ternyata..
Klien yang bersangkutan pernah menonton sebuah sinetron yang menceritakan tentang seseorang yang hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaanpun kok enjoy saja ? Dan bahkan dia mengatakan pada teman saya ini “Saya iri mas sama yang di sinetron itu” ealah, sepele tapi dampaknya dahsyat ya teman-teman.
Ada juga seseorang yang sudah cukup berumur, datang kepada teman saya dengan keluhan phobia benda tajam (ada sih nama phobianya, silahkan search ya) dan ketika di introgasi level mendasar (biasanya kan ada kejadian awal yang akhirnya menyebabkan terjadinya phobia). Tetapi di level ini kok tidak di temukan ? Tanpa habis akal teman saya ini langsung menanyakan kepada si klien “kapan/sewaktu apa biasanya perasaan ini muncul” dan ternyata...
“waktu di peluk ibu mas” waduh ??? sayapun yang di ceritakan saat itu lewat obrolan telepon cukup kaget, “heh ??? kok bisa ???” dan ternyata... ini pun juga berawal dari sinetron yang ia tonton, tentang ibu tiri (jujur memang klien yang bersangkutan memiliki ibu tiri, namun yang di tonton saat itu malah tentang ibu tiri yang jahat, dan jadilah asosiasi (persamaan presepsi) tentang ibu tiri, dan mungkin saat itu di sekitarnya ada benda tajam, jadi asosiasi kekejaman ibu tiri di simbolkan sebagai benda tajam.
Uh ngeri ya ? Saya sendiri tidak habis pikir bagaimana sebuah sinetron yang adalah rekayasa dan hanya di lakukan oleh aktris dan aktor mampu membuat seseorang masuk kedalam trance dalam dan membuat sebuah asosiasi tentang sebuah masalah yang tadinya tidak ada, jadi ada.
Dan lagi bisa di bilang sinetron di Indonesia memang kurang dalam unsur pendidikannya, memang dalam unsur perfilman, peralatan dan ilmu tentang sinematografinya sih bagus, tapi isinya itu lho...
Dan saya pribadi ya suka sih menonton sinetron tapi saya batasi, yang paling saya suka tetap FTV dan beberapa sinetron religi saja, selain itu saya malah nonton kartun, acara magic show, dan stand up comedy atau sitkom.
So be carefull with what you have seen, and trimakasih untuk mas Gunawan selaku Therapist yang menceritakan hal ini pada saya, sekarang jadi tambah ilmu dan bisa di bagikan ke orang banyak...



See ya....