Powered By Blogger

Senin, 09 Maret 2015

Tips dalam proses Hypnotherapy




Dalam kesempatan kali ini saya ingin berbagi sedikit dengan pengalaman saya dalam berpraktek dan belajar serta memperbaharui ilmu hypnotherapy saya, dan berikut ada beberapa hal yang sebaiknya anda perhatikan di dalam proses therapy itu sendiri :

1.       Hindari membuat sesuatu (objek) menjadi dalang atau yang bersalah

Beberapa di antara kita mungkin pernah melihat atau mengetahui bahwa terapis yang sedang melakukan terapi kepada klien yang di terapi, memengaruhi klien bahwa objek yang mengganggunya atau membuatnya ketergantungan dan celaka adalah sesuatu yang jahat, HINDARI !!!
Salah satu contoh hal yang biasa di lihat di dalam kehidupan anak dan orang tua, bahwa jika anaknya jatuh, maka orang tua lalu memukul lantai dan mengatakannya nakal atau yang salah, justru sebaliknya sebagai terapis bijak kita harus menuntun dia melepaskan apa yang menjadi keluhannya secara bijak sana dan tanpa memihak benar atau salah, karena jika ini terjadi maka konseling dan therapy di anggap gagal meski anda berhasil menerapinya.

2.      Hindari membuat merubah realita pada objek

“dan ketika nanti anda sudah membuka mata anda bisa merasakan rokok yang anda hisap sebelumnya berasa dan berbau seperti telur busuk, semakin anda menyedotnya semakin anda ingin mual dan muntah dan begitu pula ketika anda menghirup asapnya” HEI YOU WANNA KILL THEM ??? STOP IT !!! realita dalam pikiran memang bisa di rubah tetapi jika realita didalam pikiran itu di rubah maka apa yang terjadi jika ia mengalami benturan sosial di sekitarnya ?
Jika dia lantas berhasil, dan secara tanpa sengaja menghirup asap rokok orang lain lalu anchor yang sudah di pasang secara otomatis merespon apa yang menjadi realita pikirannya, apakah itu yang di namakan berhasil secara utuh ?
Maka dalam melakukan terapi hindari merubah realita bahwa objek tersebut menjadi sesuatu yang berbeda TANPA memberinya peringatan atau pengamanan atas dirinya sendiri.

3.      Hindari merubah realita pada kejadian yang pernah di alaminya (secara extreme)

Hal ini biasanya di lakukan dan tanpa sadar merubah realita di dalam pikiran menyebabkan kesalahan memori dan memunculkan memori baru yang justru belum pernah ada di realita sesungguhnya, dan hal ini tentu sangat membahayakan. Karena merubah realita seperti  yang sudah saya jelaskan di nomor dua, menyebabkan realita pikiran dan realita kenyataan bisa tertukar, yang bahayanya jika hal ini di gunakan untuk permainan kejahatan, bisa menimbulkan kasus yang lebih parah atau paling tidak kasus satu tak kunjung sembuh malah timbul masalah baru.
Jika ingin merubah realita yang ada, sebenarnya bisa contoh :
Dalam kasus phobia kecoa, kita bisa membuat dia menyadari kejadian dan menerima kejadian itu dan berdamai dengan masa lalunya agar masa sekarang ia mengalami rasa yang lebih nyaman.
Tetapi yang salah adalah jika terlalu merubah realita yang ada, bahwa kejadian itu lalu kita ganti bahwa dia telah memukul kecoanya atau mampu membunuh kecoanya dengan sekali pukul, padahal realitanya tidak seperti itu, ini justru menyalahi aturan yang tidak ada menjadi ada
(ini baru kasus phobia kecoa, kalau kasus lebih besar bisa menjadi pasal seperti kasus “Anand Krisna”)

Demikianlah 3 nomor yang saya ingin tegaskan, semoga anda yang bijak dan boleh memahami sedikit cuilan kata-kata saya yang sangat kurang sempurna ini, maaf kata, trimakasih dan sampai jumpa kembali di tulisan saya berikutnya....

Pragmatik dalam Hypnotic Pattern



Dalam kesempatan kali ini saya kembali menulis tentang sebuah tulisan singkat dan sederhana namun saya harap membawa sebuah pengetahuan yang bisa di bagikan secara mudah dan menyenangkan, dan hebatnya adalah saya mendapat pengetahuan ini ketika saya mengikuti mata kuliah linguistik jepang dan saat itu pembahasan paling menarik adalah tentang “Pragmatik”
Pragmatik adalah cabang dari linguistik yang mengkaji bahasa dari segi pengguna atau tindak tutur penggunanya (pada setiap tindak tutur terdapat maksud yang terkandung di dalamnya = Implikatur) dan ternyata dalam hypnosis perlu di perhatikan juga pola bahasa dan apakah yang kita sampaikan itu sudah benar sampai dan menjadi nilai yang baru untuk klien yang kita hadapi ?
Baiklah, pembahasan kita mulai dari “Implikatur.” Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, implikatur adalah maksud dari tindak tutur yang disampaikan dan dalam penyampaiannya terdapat maksud tertentu. Contoh dari “Implikatur” misalnya begini :

“Bro... kamu kan tahu kita itu berteman baik sudah lama

Kata yang saya tebalkan dan beri garis bawah itulah yang di namakan implikatur, karena dalam penyampaiannya mengandung maksud tertentu dan maksud tersebut tersebut tidak di sampaikan secara langsung melainkan memiliki banyak makna di balik itu (karena makna yang di sampaikan bermakna denotatif atau bermakna ganda).
Namun dalam penyampaiannya agar dapat di pahami oleh lawan bicara, “Implikatur” memiliki 4 maksim/aturan yang harus di taati yaitu :

Maksim Kuantitas :
Artinya dalam berbicara kita wajib berbicara secukupnya dan dalam porsi yang pas. Contoh yang salah misalnya
“Nanti tolong kamu turun kebawah dan ambilkan barang yang ada di atas meja saya itu.
Tahu di mana letak kesalahannya ? pada kalimat turun kebawah di situ mengandung pola yang di sebut pemborosan kata, dalam majas di sebut majas “pleonasme” adalah salah satu majas penegasan namun penegasannya tidak wajib di tuliskan. Dan di kalimat ada di atas meja saya itu mengandung keambiguan, karena si pemberi perintah tidak memberikan perintah yang jelas tentang benda apa yang di maksud.
Dalam hypnosis kita wajib menghindari makna ganda, kecuali anda memang sengaja menggunakan kata ambigu sebagai pola bahasa yang memang ingin anda mainkan sebagai salah satu sugesti anda, namun hati-hati dalam menggunakannya jika salah nanti malah mengandung arti yang membingungkan bahkan klien tidak paham dengan sugesti yang di tanamkan maka dari itu berikan ketegasan dan kalimat yang pas dalam menanamkan sugesti ke diri klien.

Maksim Kualitas :
 Memberikan Informasi yang benar kepada seorang, jika seseorang mengatakan A maka apapun terjadi informasi yang tadinya A itu harus tetap menjadi Informasi yang tetap A, jika informasi A itu berubah menjadi B atau C atau yang lainnya berarti ada kesalahan penyampaian ketika informasi di sampaikan dan kemungkinan ada kesalahan penerimaan atau kesalahan penyampaian.
Maka dalam hypnosis jika kita menanamkan informasi haruslah benar dan bersifat dapat di terima terhadap keyakinan dan apa yang dia percayai, jika kita menanamkan informasi yang salah, maka berbahaya jika terjadi false memory dalam diri klien.

Maksim Relevansi :
Dialog yang di lakukan haruslah benar, cara termudah dalam memahami maksim ini ialah ketika kita berdialog soal harga BBM misalnya, nah haruslah apa yang di bicarakan di dalam dialog itu baiknya dan cara penyampaiannya serta data-datanya masih ada sangkut pautnya dengan kenaikan BBM, kalau kenaikan BBM di sangkutkan dengan maraknya aksi begal, lalu di sangkutkan juga dengan adanya demo soal pemerintahan, nah ini gimana mau menjadi dialog yang benar ?
Yang ada malah menjadi dialog yang kacau balau plus menyesatkan, dan ujung-ujungnya hal-hal yang kurang di inginkan malah terjadi. Dan tentunya anda ingin kan kalau pertemua dengan klien itu berujung ke kesembuhan klien bukan ke mana-mana ?

Maksim Cara :
Dan yang terakhir ialah cara, cara menentukan bagaimana penyampaian makna yang di inginkan bisa terwujud, dua cara dalam penyampaian bahasa ialah verbal dan non verbal. Verbal berarti menggunakan bahasa sebagai media atau alat penyampai makna satu ke makna lainnya, sedangkan non verbal bisa dengan bahasa tubuh, gerakan tangan, mimik muka, bahkan bahasa mata serta beberapa hal yang belum saya jelaskan di sini (maklum keterbatasan, hehehe...)
Cara juga sangat penting dan bahkan menjadi pondasi bagaimana anda ingin membawa klien menuju kondisi trance dengan aman dan nyaman, contoh :
Anda menerapi seorang peselam, tetapi cara yang anda terapkan ternyata masih salah dengan memasukan kata “dalam” sebagai kosa kata yang baku untuk melakukan deepening, kata “dalam” bagi peselam jika membayangkan laut maka artinya itu membuat dia menyelam ke dasar yang lebih lagi, padahal realita dalam pikiran itu efeknya luar biasa bahkan salah-salah bisa membunuh orang tersebut.
Perhatikan cara anda melakukan therapy, bahkan perhatikan kata yang anda pakai sekalipun, ingat, salah cara timbul bencana.

Dan dalam pragmatik sendiri komunikasi di susun menjadi tiga tahap yaitu

Lokusi yang artinya “struktur kalimat secara fisik” bisa dengan tulisan, bisa dengan ucapaan bahkan dengan bahasa tubuh
Selanjutnya ada Ilokusi “Maksud kalimat yang di ucapkan pembicara” mengandung makna apakah dan apa yang ia katakan ?
Terakhir ialah Perlokusi “Reaksi penerima maksud dari Ilokusi” dalam hal ini lawan bicara dan apa respon di balik itu

Jika di tuliskan sebagai contoh, misalnya...

“Semuanya...” (di ucapkan dengan pelan, namun dengan hentakan tangan ke meja)
Beberapa detik yang lantas memberikan efek berpikir cepat dan akhirnya mahasiswa pun diam.

Well itulah kira-kira secuil ilmu pragmatik yang bisa saya jabarkan untuk anda, semoga bermanfaat dan berfaedah, trimakasih...