Powered By Blogger

Senin, 25 Agustus 2014

Tips buat jadi “tempat sampah” (baca : tempat curhat)



Tips buat jadi “tempat sampah” (baca : tempat curhat)


Dalam pelajaran SD saya di ajarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial (artinya manusia itu membutuhkan orang lain untuk membantunya dalam setiap masalah yang di hadapinya, baik bantuan secara materi maupun secara perasaan)
Nah untuk itu saya ingin berbagi beberapa tips menjadi curhat dari pengalaman saya yang saya sarikan menjadi beberapa nomor penting, dan inilah beberapa hal itu :

1.      Pastikan tempat dan waktunya tepat

Karena waktu dan tempat adalah hal yang paling mendasar sebagai hal yang di pentingkan dalam kebutuhan curhat (umumnya begitu, agar kenyamanan terjaga) misal bertemu di kafe X di hari Jumat (misalnya)

2.      Buat janji yang tepat
 
Membuat janji kepada si “penadah” (istilahnya kaya berbau kriminal banget ya hahaha :p ) soalnya yang mau curhat itu juga setidaknya harus menghargai kita sebagai kuping yang mau mendengarkan isi hatinya (ini beda dengan gila hormat lho) namanya juga minta tolong dan bersifat tanpa bayaran (tanpa terikat biaya = di komersilkan)
3.      Jadilah telinga yang baik

Menjadi telinga yang baik adalah salah satu dasar (bahkan bisa di katakan senjata seorang “tempat sampah”) ketika kita bisa dengan bijak menggunakan kedua telinga kita dan dengan seksama mendengarkan apa yang di ceritakan kepada kita, maka orang akan sangat terbantu meski kita hanya mendengarkan tanpa sedikitpun memberikan nasehat (kata seorang tokoh psikologi “Carl Rogers” dengan teori “Person Centered”nya di katakan bahwa manusia di berikan kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri, sehingga nasehat, petuah dan sesuatu yang berhubungan dengan hal semacam itu sebenarnya kurang di perlukan.) kadang kala juga ada orang-orang yang hanya ingin di dengarkan curhatnya tanpa harus di beri nasehat, kecuali ia meminta kepada kita.

4.      Membaca literatur / tulisan tentang konseling

Hal ini sebenarnya hanya menjadi tambahan untuk kita yang benar-benar ingin menerjunkan diri kita sebagai seorang “tempat sampah” yang baik dan juga sebenarnya membaca literatur tentang konseling bisa menambah wawasan kita tentang bagaimana menajdi seorang tempat sampah (tempat curhat) yang baik dan lebih professional (meski kita berlatar belakang pendidikan yang berlainan dengan pendidikan dasar psikologi atau konseling)
5.      Belajar untuk berempati

Perasaan merasakan apa yang di rasakan orang lain seperti yang ia rasakan di perlukan dalam melakukan sesi menjadi “tempat sampah” namun ada kalanya memang ketika berempati kadang ada yang memang hanya sekadar berempati secara wajar ada yang sampai benar-benar merasakan bahkan lebih dari yang si pencerita rasakan (namanya juga empati, salah satu dorongan emosi dalam diri manusia) kalau toh sama sekali kita belum bisa berempati yang perlu kita lakukan adalah belajar dan berlatih untuk itu.

6.      Ucapkan trimakasih

Kenapa trimakasih ? Harusnya kita yang biasanya mendapat terimakasih dong ? Kok jadi kita yang bertrimakasih kepada orang yang membebani kita dengan masalahnya ? Sederhana tapi bermakna... karena kita di berikan kepercayaan untuk menerima rahasia hatinya (pengalaman saya, pernah lho ada adik kelas yang baru di kenal 2-3 mingguan udah mau cerita tentang masalah keluarga sama saya, dan saya sampai sekarang berhubungan baik dengan dia) so bertrimakasihlah bahwa kamu adalah brankas rahasia hatinya (meski mungkin ia pernah bercerita kepada yang lain, tapi kamu menjadi salah satu brankas yang dia bisa percayai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar