White Lies ? Adakah ? Bolehkah
?
Kembali lagi saya
menuliskan apa yang menjadi opini dalam pikiran saya, dan selama opini itu
misalnya membuat anda tersinggung atau anda merasa terlecehkan dalam opini saya
ini, yang pertama saya mengatakan mohon maaf yang sedalam-dalamnya.
Dan yang ke dua
saya ingin anda menuliskan bagian mana yang menurut anda melecehkan anda supaya
kita bisa bicarakan bersama sesuai dengan asas pancasila sila ke 4 (bunyinya
pasti anda sudah tahu dong :p ?).
Okay sekarang saya
ingin menjelaskan sedikit opini saya tentang “white lies” kalau dalam bahasa
Indonesia ya kebohongan demi kebaikan, memang ada ? Dan bolehkah di lakukan ?
Mari kita bahas menurut opini saya :p.
Secara arti bebas
bohong merupakan sebuah perbuatan yang
berarti memberitahu hal lain untuk menutupi hal yang sebenarnya,
simplenya
si begitu (kalau versi KBBI)
bohong a 1 tidak sesuai dng hal
(keadaan
dsb) yg sebenarnya; dusta: kabar itu --
belaka; ia berkata --; 2 bukan yg
sebenarnya; palsu (biasanya mengenai
permainan): uang --; lotere --;
berbohong
v menyatakan sesuatu yg
tidak benar; berbuat bohong; berdusta:
jangan coba-coba ~ nanti ketahuan;
membohongi v mengatakan sesuatu yg
tidak benar kpd; mendustai; menipu:
sudah kerap kali dia ~ ku;
kebohongan n perihal bohong; sesuatu
yg bohong: ~ nya suatu ketika akan
ketahuan juga;
Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Pusat
Bahasa Depdikbud : Jakarta
Okay itu hanya
versi lain tentang kata bohong dan kata lain yang dapat di bentuk dengan kata
dasar bohong, well kita kembali lagi dengan tema “white lies.” Dan menurut saya
“White lies” itu adalah hal yang paling menggelikan dan hanya menutupi fakta
bahwa bohong itu bisa di pergunakan untuk kebaikan.
Banyak orang jaman
dahulu yang suka menggunakan “white lies” untuk membuat anak mereka takut dan
segera melaksanakan perintah orang tua atau agar si anak jera membuat kesalahan
yang sama, contoh :
Kalau menyapu masih
tertinggal sisa-sisanya katanya nanti pasangan hidupnya bakal kumisan (ya kalau
yang laki-laki mah memang, kalau yang perempuan... ah gak tau dah :p)
Kalau masak terlalu
asin tandanya minta segera menikah (apa hubungannya masak terlalu asin dengan
menikah coba :o ?)
Kalau main di
jam-jam petang nanti di culik sama mahkluk halus (heh, emang makhluk halus itu
kira gak punya hati ? Punya lho, ati-ati ngomong sembarangan bahaya lho.
Padahal itu maksudnya supaya pada ingat sembahyang untuk yang menjalaninya.)
Dan masih banyak
white lies-white lies yang lain yang orang jaman dahulu gunakan sebagai alat
untuk memberikan nasehat kepada anak-anaknya, namun karena anak jaman sekarang
sudah canggih-canggih mitos seperti itu sudah mulai luntur dan hilang dari
nilai-nilai kehidupan.
Dan white lies
menurut saya lagi adalah cara yang paling kurang bisa di terima, meski katanya
untuk kebaikan (heh kebaikan dari mana coba ? Di kira bohong itu ada yang jahat
dan yang baik ? Namanya bohong ya tetaplah bohong lah.)
Bayangkan kalau
orang tua berkata :
“Hei kalau rebutan
buku, nanti bukunya nangis lho !” (ini suatu keBULLSHITan yang paling BULLSHIT
menurut saya, hello ? Sejak kapan buku bisa nangis ?)
bandingkan dengan
“Mama lagi belum
punya uang untuk ngebelikan kamu baju baru” tapi di jelaskan alasan
sesungguhnya karena misal bajunya yang lama masih bisa di pakai, bajunya masih
muat di pakai, atau alasan yang lebih logis lainnya, ketimbang alasan pura-pura
yang di luar nalar ? Haduh.
Kesimpulan saya :
white lies dalam
bentuk apapun dan untuk kegunaan baik pun, tetap di katakan sebagai kebohongan,
dan kalau kita bangga menggunakan white lies tanpa merasa kita sudah melakukan
sebuah kesalahan fatal ? Maka bersiaplah untuk membuat lubang baru dan menutup
lubang sebelumnya.
Hey ? Kebohongan
kan sifatnya begitu, untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya, kita musti
membuat kebohongan baru kan ? hayo :D ?
Okay sekian tulisan
saya, sampai jumpa di tulisan berikutnya :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar