Powered By Blogger

Minggu, 07 September 2014

5 hal sederhana yang biasa di lupakan dalam belajar hypnosis



5 hal sederhana yang biasa di lupakan dalam belajar hypnosis


Trimakasih untuk kesediaannya membaca tulisan saya ini, dan pada kesempatan kali ini saya ingin menuliskan perihal hypnosis dalam tema 5 hal sederhana yang biasanya di lupakan dalam belajar hypnosis selain praktek dan praktek, apa sajakah itu ? Well let’s learn it more :D

1.      Hypnosis = Self Hypnosis

Saya mulai dengan pernyataan yang paling sederhana ini dulu, mengapa ? Karena sebenarnya ini adalah pernyataan dasar yang mana proses hypnosis terjadi atas dasar keinginan diri sendiri (baik itu dalam hal proses penyembuhan dalam terapi mental maupun dalam panggung hiburan atau aplikasi lainnya) namun terkadang kita yang belajar hypnosis secara baru-baru ketika di minta praktek dan ternyata belum berhasil maka apa yang terpikir ialah “saya yang gagal” padahal belum tentu juga karena seluruh kemampuan hypnosis sesungguhnya adalah dari orang yang terhypnosis (baik itu kita di hypnosis maupun menghypnosis diri sendiri).

2.      Hypnosis adalah ilmu yang membantu (tanpa ada unsur menggantikan)

Dalam mempelajari sebuah ilmu seharusnya di perlukan keilmuan lain untuk membuat seseorang lebih mengerti dan memahami ilmu tersebut lebih mudah dari pada hanya dengan satu ilmu saja, dan juga ilmu lain yang di pelajari bisa membuat kita melakukan praktek dengan dasar yang jelas tanpa mengira-ngira atau hanya visualisasi semata. Maka hypnosispun sangat bisa di gabungkan dalam keilmuan-kelimuan yang sudah ada, yang selama ini hanya di sejajarkan dengan ilmu psikologi saja, sekarang bisa di pelajari bersama ilmu kesehatan, ilmu pendidikan, ilmu hukum dan sebagaiknya. Dan jikalau di anggap bahwa hypnosis adalah ilmu yang dahsyat (bisa jadi) namun di anggap serba bisa (nah itu yang belum tentu). Karena untuk menjadi pintar, kita bisa membantu penerapannya dengan hypnosis namun untuk menjadikannya nyata tentu butuh ilmu-ilmu lain yang di pelajari sebagai tambahan juga.

3.      Vaccum belajar = ilmunya hilang

Dalam mempelajari sesuatu atau mengenal sesuatu sebenarnya kita manusia di berikan sebuah alat canggih yang hingga sekarang belum bisa di samai oleh siapapun termasuk robot yang di namakan otak (meski banyak istilah otak-otak versi lain) namun mau bagaimanapun otak memiliki kemampuan menyimpan memori (kenangan masa lalu, dogma, dan sebagainya). Dan biasanya kita yang sudah lama meninggalkan lama apapun yang sudah kita pelajari maka ilmunya hilang (katanya sih gitu :o ?) namun dengan pengertian ini sebaiknya anda boleh mempelajari lagi tentang cara kerja otak dan tentang bagaimana memori dapar terbentuk, jadi ??? jadi ya boleh percaya atau belum semua ilmu yang di pelajari itu ya wis mesti menetap dong seharusnya, walau bagaimanapun :D.

4.      Kalau sudah tahu sedikit berarti langsung bisa

Dalam ungkapan ini saya ingin membahas lebih jauh dan dalam lingkup yang lebih sempit namun saya ingin membuatnya lebih sederhana, contohnya :
Anda bisa naik sepeda ? Kalau bisa berarti apakah anda juga bisa melakukan adegan seperti yang di lakukan para trickster sepeda BMX ? Lha katanya kan bisa naik sepeda ?
Maka persamaan dengan dunia hypnosis adalah yang paling biasanya di lakukan oleh para pembelajar pemula yang “nekat” (tapi memang hanya sekadar tahu tanpa benar-benar mendalami, di dasari rasa “mesake” = kasihan) namun ini kasihan yang dalam tanda kutip tanpa dasar yang kuat (dalam keilmuan yang di pahami)

Misal :
Seorang hypnotist yang memulai karirnya dalam pengetahuan yang baik namun dalam pondasi yang masih di katakan dasar, keinginan belajarnya sebenarnya sungguh sangat mulia dan sangat patut di acungi jempol “karena ingin melakukan sesi terapi dengan hypnosis.”

Namun bisa di katakan ini adalah keliru, karena apa ? Karena seperti yang saya katakan di atas, ada ilmu penopang lain dalam melakukan proses hypnosis untuk sebuah aplikasi dalam kehidupan misalnya yang paling di gemari yaitu terapi dengan hypnosis atau lebih di kenal dengan istilah hypnotherapy, namun... karena keinginan berbanding miring dengan pengetahuan maka kadang-kadang juga (maaf) bisa membawa petaka kalau-kalau dia salah memberikan saran atau  malah dia bingung ketika terjadi kejadian yang belum pernah ia terima selama ia belajar.

Karena maaf ini bermain dengan otak manusia dan bermain dengan memori manusia itu sendiri, bisa jadi karena salah ucap terjadilah memori yang palsu tanpa sengaja tertanam dalam diri orang yang mendapatkan terapi dari orang tersebut, namun saya di sini tanpa adanya pendiskreditan kepada yang misalnya gelar formalnya hanya fundamental lalu jugdenya adalah selalu dia hanya seorang yang mengetahui fundamental saja, belum tentu (semua kembali ke anda, bagaimana anda mencerna tulisan rumit saya ini).

5.      Apapun dan bagaimanapun cara yang di pakai semuanya untuk sebuah tujuan

Ini yang biasanya saya bingungkan dan ini yang biasanya saya agak geli dengan para pembelajar siapapun itu (ingat gurupun adalah pembelajar, karena seorang guru lahir dari murid yang belajar  lalu menurunkan apa yang di turunkan oleh guru sebelumnya dan apa yang ia lihat dan tangkap) begitu seterusnya. Jadi di sini entah itu saya yang masih muda maupun yang sudah sepuh (semuanya pernah mengalami hal serupa tanpa ada kemunafikan dengan berkata “ah elo aja keles gue enggak.”)

Dari semua brand hypnosis ada yang menggunakan energi, ada yang direct, ada yang indirect, ada yang ini dan yang itu, pertanyaan saya... “njur tujuane nggo opo ?”

Ini jujur-jujuran saja, bukan saya tidak menghargai karya teman-teman saya sebagai seorang yang telah duluan mempelajari lapangan dan menciptakan inovasi sebagai alat yang di sederhanakan dan memudahkan seseorang untuk dalam hitungan detik mampu terpengaruh dan menurut tanpa paksaan. 

Namun kadang kala salah pengertiannya justru “lalu yang paling baik dan yang paling efektif itu mas ini apa mas itu, pak/ bu ini atau itu ?”

Dan jujur saja, siapapun pasti boleh setuju dengan judul di atas dan di terapkan sebagai prinsip bersama (kalau toh belum setuju karena kalimatnya jelek, yang intinya gitu lah :p )
Justru yang harus di tanyakan ialah apa tujuan dari kita melakukan dan mempelajari itu ? 

Mahal-mahal kita belajar lalu yang di cari hanyalah bagaimana cara membuat orang tiba-tiba nggletak dan menjadi orang yang paling sakti di muka bumi (ya boleh sih, tapi itu prinsipnya orang sebelah, kalau anda kan pasti memiliki tujuan yang mulia).

Contohlah misal penggunaan cara A di gunakan sebagai induksi untuk memasuki kondisi trance dan di sambung dengan tehnik yang sudah anda pelajari, dan anda melihat bahwa ada cara lain yang tanpa di sentuh tanpa di tatap tanpa di apa-apakan dia sudah nggletak, dan melihat itu akhirnya anda kepingin dan ingin memelajari lalu anda merasa bahwa apa yang anda punya sekarang ini adalah kurang dan yah cuma segini aja, belum sakti (berarti anda belum konsen pada tugas dan tujuan anda, namun anda masik konsen pada sisi kehebatan sebuah hal yang sebenarnya memiliki tujuan yang sama hanya berbeda carannya).

Dan sekian tulisan saya, semoga boleh memberikan secuil manfaat bagi yang membacanya, jika terdapat banyak hal yang menyinggung saya memohonkan maaf karena ini saya hanya menulis sebagai contoh tanpa ada efek menjelek-jelekan justru hanya sebagai gambaran kecil supaya di harap pembelajar yang ada mampu berpikir lebih jernih dan lebih sehat dalam membeli tools dan mengasah tools sebelum mereka belajar ke tools yang lain :)

Sayounara :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar