Powered By Blogger

Rabu, 24 September 2014

Orang Tua Adalah Teladan Anaknya





Pernahkan anda mendengar ungkapan “air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga” atau “buah jatuh tak jauh dari pohonnya” sebuah ungkapan yang sebenarnya sama-sama menggambarkan bahwasanya seorang anak itu mengikuti atau meneladani apa yang ia copy dan yang ia serap lalu tanamkan di dalam dirinya sebagai sistem kepercayaan (belief system) dan sebagai gambaran diri (self image) yang ia dapatkan dari kedua orang tuanya.

Meskipun secara genetika, bahwa ½  gen ibu turun ke anak laki-laki dan ½ gen ayah turun ke dalam diri mereka secara kimiawi, namun ½ bagian lagi adalah bawaan dari diri mereka sendiri. Meski begitu karakter juga terbentuk dari lingkungan kehidupan mereka yang paling terdekat dan paling pertama yaitu keluarga, kenapa ? Karena sebelum mereka mengenal dunia dan melihat dunia dari jendela kamar masing-masing, keluarga adalah agen sosial pertama dan terutama serta yang paling dekat dengan individu itu sendiri.

Meskipun kadang saya sendiri menganggap bahwa betapa luar biasa galaknya kakak perempuan saya, dan kadang betapa menjengkelkannya nasehat papa saya, juga kadang betapa nyebelinnya permintaan mama saya yang kadang menggelikan juga untuk di laksanakan (meski itu adalah asumsi saya, logikannya tidak).

Namun keluarga adalah agen sosial pertama dan terutama dalam hidup tiap individu.

Contohlah bahwa anda memiliki pasti teman kerja, rekan seprofesi, rekan sehobi, sahabat, keluarga. 

Dan ketika anda capek, ketika anda butuh istirahat, ketika anda tidur, beraktifitas, rumah siapakah yang anda tuju ? Apakah rumah sahabat anda ? Rekan kerja anda ? Atau rumah anda ? Dimana keluarga berkumpul di situ ? (meskipun itu PIM = Pondok Indah Mertua sekalipun ?)

Dan seperti kutipan kata mutiara yang mengatakan :

“seburuk apapun, semiskin dan semenderita apapun kehidupan keluargamu, tetapi api dalam bara yang merahpun tak bisa menggantikan kehangatan dari hangatnya berkumpulnya sekelompok manusia dalam hubungan keluarga.”

Maka ketika seorang anak yang ingin pulang dan mendapati kehidupan keluarganya berantakan, dan dia lalu lari ke narkoba dan kita menyalahkan dia karena keluarganya aja gak bener, apa lagi anaknya makin gak bener ! Kitalah yang seharusnya MALU !

Ada sebuah contoh yang nyata, saya dapatkan ini ketika saya sedang ngopi pagi sebelum saya pergi ke klinik tempat saya bekerja. Saat itu saya tak sengaja memberi nasehat kecil pada seorang anak tetangga yang memang cukup akrab dengan saya, dan tanpa sengaja terlontar sebuah kalimat dari mulut saya yaitu :

“Amit-amit kalau nanti membesarkan anak, anakku nakal dan manjanya minta ampun.” Begitulah kira-kira kalimat yang terlontar dari mulut saya ini.

Setelah seorang bapak yang dari tadi diam mendengarkan celotehan saya, dia mulai memberikan respon terhadap apa yang saya katakan...

Intinya ketika saya memberitahu bahwa saya masih 19 tahun, bapak itu lantas mengatakan.

“Semua itu kembali lagi mas ke orang tuanya...” sebuah kata yang cukup bijak dan memang sangat dalam untuk saya renungi setiap hari selama saya belum mendapatkan cinta dari seorang jodoh yang sesuai.

Dan dia menambahkan sebuah cerita yang cukup mencengangkan, bahwa temannya dia, teman satu perjuangannya itu mendapati anaknya ternyata mencuri uang ibunya sendiri sebanyak $.10.000 ??? WOW jumlah yang cukup mencengangkan !!!

Namun setelah saya dapatkan informasinya, ternyata ??? Dia kabur selama 3 hari di sebuah mall warnet hanya untuk menghabiskan $. 10.000 tersebut, dan yang mencengangkan adalah dia mengatakan bahwa dia melakukan seperti itu karena meniru apa yang di lakukan oleh bapaknya.

Sungguh mengenaskan namun mau bagaimanapun anak tetaplah hasil buah perbuatan dari orang tua mereka, namun ketika kita menanamkan kebaikan maka kiranya kita boleh menuai yang baik nantinya, aamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar