Semua itu cukup intinya
Pernah anda
memikirkan bahwa diri anda sudah selesai membaca atau melihat video atau
mempelajari sesuatu hal yang mana memiliki teori yang sangat “njlimet” (sangat
ribet), namun apa yang anda inginkan dalam mempelajari hal tersebut ? Bukankah
semua teori itu adalah susunan sebuah penelitian yang kurang lebih
menggambarkan apa yang menjadi percobaan saat menemukannya ? Dan apakah
seseorang kan belajar tentang teori semata ?
Dan bagaimana jika
kalau semua itu adalah sebuah pelajaran yang di pelajari dan harus di lakukan
dengan prakteknya ? Misalnya...
Apakah sekolah
kedokteran kita hanya mempelajari tentang teori kedokteran dan kode etik
kedokteran belaka lalu tidak pernah berharap bisa membuka praktek ? Atau
seorang yang belajar dari prakteknya dan sampai detik ini belum pernah bisa
menjelaskan bagaimana caranya mengajarkannya kepada murid berikutnya dan
berikutnya, apakah begitu ?
Tentu saja saya
tidak berpikir begitu, karena pada dasarnya kita hanya perlu menguasai segala
sesuatunya itu hanya berdasarkan INTInya saja... ya hanya INTInya saja.
Karena untuk apa
kita menguasai teori segunung kalau kita tidak pernah mampu mempraktekannya ?
Atau ketika kita menguasai praktek lapangan yang sangat luar biasa namun tidak
pernah bisa menjelaskannya secara gamblang melalui teori-teori yang sudah ada ?
Einstein pernah
mengatakan sesuatu kalimat yang ia katakan untuk melawan mahasiswanya yang
menguji seberapa pintarnya dirinya, intinya demikian :
“Untuk apa saya
harus menghapalkan segala sesuatu yang kurang penting dan jelas-jelas sudah
tertulis di buku ? Kalau anda ingin mengetahuinya anda tinggal membacanya saja
!”
Bahkan manusia
sepintar dan sejenius Einstein saja sangat mengandalkan buku sebagai mahakarya
manusia yang di berikan kemampuan oleh Tuhan untuk mengabadikan segala sesuatu
yang mungkin terjadi hanya sekali dan belum tentu terjadi lagi, sehingga apapun
yang mereka tuliskan dalam tarian jari mereka (baca : para penulis) boleh
mengabadikan setiap momen-momen berharga yang mereka alami saat itu.
Dan kita para
pembaca (termasuk saya) boleh merasakan kedahsyatan pemikiran dan otak-otak
jenius para penulis yang sudah membukukan dan mencatatkan rekor opini-opini
mereka ke dalam sebuah kertas yang berjumlah banyak yang di satukan ke dalam
sebuah sampul bergambar yang lalu di jadikan satu dengan kumpulan noda tinta
yang memiliki makna dan di pajang di rak-rak penjualan, dan kita boleh melihat
sebuah BUKU, wow :D.
Kembali pada
pembahasan awal, maka dengan di ciptakannya buku, semua orang boleh menikmati
pembelajaran dengan lebih mudah dan dengan membaca apa yang tertulis di buku
tersebut kita boleh mendapatkan kesimpulan dengan berkata “Oh intinya tu begitu
to ?”
Sebenarnya itulah
yang kita cari bukan ? Mengapa kita harus repot-repot benar-benar menghapalkan
isi buku itu secara persis kalau yang kita cari adalah INTInya ? Inti dari
teori itu dan bagaimana intinya kita bisa mempraktekan apa yang sudah di
tuliskan di dalam teori tersebut betul ?
Maka praktisi yang
sebenarnya adalah ia yang mampu menjelaskan teori secara mudah (karena langsung
kepada intinya, dan apapun yang ia lakukan sebagai prakteknya ia mampu
melakukannya dengan tepat dan mengenai sasaran (INTInya).
Sekian tulisan dari
saya dan inilah kalimat dari Einstein yang menutup tulisan saya ini :
Sayounara
mina san :D...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar