Powered By Blogger

Rabu, 17 September 2014

Semua itu cukup intinya



Semua itu cukup intinya


Pernah anda memikirkan bahwa diri anda sudah selesai membaca atau melihat video atau mempelajari sesuatu hal yang mana memiliki teori yang sangat “njlimet” (sangat ribet), namun apa yang anda inginkan dalam mempelajari hal tersebut ? Bukankah semua teori itu adalah susunan sebuah penelitian yang kurang lebih menggambarkan apa yang menjadi percobaan saat menemukannya ? Dan apakah seseorang kan belajar tentang teori semata ?

Dan bagaimana jika kalau semua itu adalah sebuah pelajaran yang di pelajari dan harus di lakukan dengan prakteknya ? Misalnya...

Apakah sekolah kedokteran kita hanya mempelajari tentang teori kedokteran dan kode etik kedokteran belaka lalu tidak pernah berharap bisa membuka praktek ? Atau seorang yang belajar dari prakteknya dan sampai detik ini belum pernah bisa menjelaskan bagaimana caranya mengajarkannya kepada murid berikutnya dan berikutnya, apakah begitu ?

Tentu saja saya tidak berpikir begitu, karena pada dasarnya kita hanya perlu menguasai segala sesuatunya itu hanya berdasarkan INTInya saja... ya hanya INTInya saja.

Karena untuk apa kita menguasai teori segunung kalau kita tidak pernah mampu mempraktekannya ? 

Atau ketika kita menguasai praktek lapangan yang sangat luar biasa namun tidak pernah bisa menjelaskannya secara gamblang melalui teori-teori yang sudah ada ?

Einstein pernah mengatakan sesuatu kalimat yang ia katakan untuk melawan mahasiswanya yang menguji seberapa pintarnya dirinya, intinya demikian :

“Untuk apa saya harus menghapalkan segala sesuatu yang kurang penting dan jelas-jelas sudah tertulis di buku ? Kalau anda ingin mengetahuinya anda tinggal membacanya saja !”

Bahkan manusia sepintar dan sejenius Einstein saja sangat mengandalkan buku sebagai mahakarya manusia yang di berikan kemampuan oleh Tuhan untuk mengabadikan segala sesuatu yang mungkin terjadi hanya sekali dan belum tentu terjadi lagi, sehingga apapun yang mereka tuliskan dalam tarian jari mereka (baca : para penulis) boleh mengabadikan setiap momen-momen berharga yang mereka alami saat itu.

Dan kita para pembaca (termasuk saya) boleh merasakan kedahsyatan pemikiran dan otak-otak jenius para penulis yang sudah membukukan dan mencatatkan rekor opini-opini mereka ke dalam sebuah kertas yang berjumlah banyak yang di satukan ke dalam sebuah sampul bergambar yang lalu di jadikan satu dengan kumpulan noda tinta yang memiliki makna dan di pajang di rak-rak penjualan, dan kita boleh melihat sebuah BUKU, wow :D.

Kembali pada pembahasan awal, maka dengan di ciptakannya buku, semua orang boleh menikmati pembelajaran dengan lebih mudah dan dengan membaca apa yang tertulis di buku tersebut kita boleh mendapatkan kesimpulan dengan berkata “Oh intinya tu begitu to ?”

Sebenarnya itulah yang kita cari bukan ? Mengapa kita harus repot-repot benar-benar menghapalkan isi buku itu secara persis kalau yang kita cari adalah INTInya ? Inti dari teori itu dan bagaimana intinya kita bisa mempraktekan apa yang sudah di tuliskan di dalam teori tersebut betul ?

Maka praktisi yang sebenarnya adalah ia yang mampu menjelaskan teori secara mudah (karena langsung kepada intinya, dan apapun yang ia lakukan sebagai prakteknya ia mampu melakukannya dengan tepat dan mengenai sasaran (INTInya).

Sekian tulisan dari saya dan inilah kalimat dari Einstein yang menutup tulisan saya ini :





Sayounara mina san :D...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar