Powered By Blogger

Jumat, 12 September 2014

Ketika Tuhan memberi dan Tuhan belum memberi



Ketika Tuhan memberi dan Tuhan belum memberi


Judul ini saya angkat sebagai tulisan saya yang berikutnya karena saya merasakan betul bagaimana perasaan orang yang sudah lama berdoa namun belum juga di beri, hanya saja yang membedakan saya yang dulu dan yang sekarang ialah bagaimana cara saya memandang kasusnya (apa yang saya mintakan pada Tuhan dan apa yang saya dapatkan ketika meminta).

Saat saya masih sering meminta dan merengek kepada Tuhan, maka yang terjadi ialah sering sekali bahwa saya merasa saya kehilangan banyak hal dalam diri saya hari itu. Baik itu tenaga, pikiran, bahkan diri saya sendiri serasa lepas dari keadaan yang mungkin bisa di katakan sebagai “wong waras” = orang sehat / normal. Hal itu tentunya sangat mengganggu takala saya justru mendapatkan angin lalu dari apa yang saya mintakan, saya minta ini eh seakan hanya di tanggapi sebagai angin lalu, saya minta ini minta itu semua seakan seperti minta pada angin yang hanya menghembuskan tiupannya untuk menandai bahwa semua itu sia-sia. (itu saya yang dulu tapi)

Setelah saya belajar dan mulai bangkit dari keterpurukan, masa lalu yang kelam, ternyata Tuhan boleh mulai memulihkan keadaan saya pelan tapi pasti, buktinya ? Saya boleh kembali melaksanakan aktifitas saya sebagai seorang penulis amatiran dan mengisi ruang kosong di blog saya sendiri, meski hal tersebut kadang sama sekali belum mendapatkan apresiasi atau gubrisan dari orang yang memang melihat link saya yang sengaja saya copas ke FB, namun saya tetap berbangga hati karena apa ? 

Karena saya melakukan sesuatu yang kadang mereka belum lakukan sebagai seorang yang expert di bidang mereka (ingat semua orang expert di bidangnya pasti tetap memiliki hasrat menulis baik itu hanya opini maupun hingga buku lho :D ).

Dan ketika saya berdoa, Puji Tuhan semua itu bisa perlahan saya terima sebagai sebuah anugerah, misalnya saja ketika saya berdoa minta pacar (boleh-boleh aja yah :p ?) ternyata sampai sekarang belum di beri, kenapa ? Ya mungkin Tuhan melihat bahwa keseriusan saya masih setengah-setengah semenjak dulu saya memiliki pacar yang terakhir, dan sikap saya yang mungkin masih kekanak-kanakan masih terlihat sangat jelas, jadi bilamana Tuhan memang mengijinkan saya mendapatkannya maka saya sudah di anggap pantas dan layak secara materi, secara mental dan terutama secara pendewasaan diri.

“Bilamana kamu sudah membuat diri kamu elegan, bersahaja, sukses, dan berkelas, maka datanglah apa yang memang kamu cari yang juga elegan, bersahaha, sukses, dan berkelas untuk kamu miliki meski tidak sepenuhnya.” (kalimat kutipan pak Mario Teguh yang saya edit-edit).
Intinya kembali lagi kok kepada kita, ketika kita meminta pertolongan padaNya katakanlah apa yang memang ada di dalam hatimu, hanya saja katakan itu dengan penuh keIKHLASan (meski kau bawa itu dalam kepedihan, dalam perih di hati, atau apapun perasaan duka mu itu) yang penting kalau di jawab katakan “Trimakasih” belum di jawabpun katakan juga “Matur Nuwun” (trimakasih dalam bahasa jawa).

Konsep ini saya temukan dan saya pelajari cukup lama sekali sejak saya menonton sebuah film berjudul “Evan Almighty” (Evan yang berkuasa). Sebenarnya ini adalah lanjutan dari film “Bruce Almighty” yang mana di film itu Evan menjadi salah satu saingan saat menjalani pekerjaan sebagai news anchor dan wartawan.

Di dalam film Evan Almighty ini saya merasakan zona kristiani yang sangat kental (maklum namanya juga pakai ayat-ayat alkitab), namun bukan ini yang saya ingin tekankan di sini.

Ada suatu adegan di mana pemeran Tuhan (Morgan Freeman) datang menemui isteri Evan yang pergi dari rumah dan makan di sebuah restoran, dan ia melihat bahwa isteri Evan yang malu dan sedih manakala mengetahui kesintingan suaminya yang mengaku di utus Tuhan sendiri menjadi Nuh (kalau bahasa inggrisnya kan Noah).

Dan Tuhan yang menyamar menjadi pelayan restoran itu berkata :

“Mengapa kamu begitu sedih ? Adakah sesuatu yang sedang membuat kamu bersedih ?”

Istrinya (istrinya Evan maksudnya :p) menjawab :

“Iya... Suamiku mengira bahwa ia adalah utusan Tuhan yang di minta menjadi Nabi Nuh, betapa dia sudah berpikiran tidak waras dan malah meninggalkan keluarganya yang harusnya di cintainya.”

Kata Tuhan lagi :

“Begitu ? Apa memangnya yang kau minta kepada Tuhan ?”
Istrinya menjawab :

“Aku meminta kepada Tuhan agar memberikan aku keluarga yang bahagia dan aku bisa selalu ada bersama suamiku dan juga anak-anakku, tetapi apa jawaban Tuhan yang malah membuat aku terpisah dengannya”

Jawab Tuhan :

“Aku hanya menanyakan padamu, ketika kita meminta kepada Tuhan apa yang akan Tuhan berikan kepada kita ? Apakakah Tuhan kan memberikan kita apa yang kita inginkan ? Atau Justru Tuhan kan memberikan kita kesempatan untuk mendapatkannya ?

Sama halnya ketika kamu berdoa saat kamu meminta kebahagiaan untuk keluargamu apakah kamu langsung bakal mendapatkan apa yang kamu mau ? Ataukah kamu mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat dan membentuk kebahagiaan itu dengan kamu ?”


Dan apa yang anda pikirkan setelah membaca cuplikan tulisan di atas ? Tertarik untuk menonton kedua film itu ? Saya rasa ada sebuah pelajaran yang bisa anda dapatkan dan bisa anda renungkan dari kutipan di atas.

Dan saya hanya berpesan kepada anda, ketika anda meminta segala sesuatunya dengan sungguh, jika memang itu adalah sebuah kebutuhan dan itu adalah hal yang memang sangat anda butuhkan maka niscaya itu semua boleh anda dapatkan, kecuali sesuatu itu memang belum perlu anda dapatkan, maka tidak semua hal yang anda inginkan harus sekejap mata di berikan.

Semua perlu kesungguhan, kegigihan dan juga kepantasan dalam mendapatkannya, kalau pun sudah semuanya di lakukan ingat juga keIKHLASan berperan penting dalam semua itu, tanpa ikhlas maka semuanya itu hanyalah kesia-siaan belaka.

Okay :D selamat belajar :D GBU...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar