Powered By Blogger

Rabu, 24 September 2014

Belief System Haruskan Lari Dari Realita ?




Anda pernah mendengar istilah bahwa ketika cinta melekat bahwa tai kucing rasa coklat ? Ya memang itu adalah sebuah perumpamaan bahwa ketika cinta sedang getolnya di rasakan maka apapun yang terjadi bak gunungpun kan di daki, laksana tsunami kan di terjang dan badaipun kan di lewati, namun ketika di tanya “kenapa kemarin gak jadi datang ke rumahku ?” dan hanya senyum sambil di jawab “kan gerimis sayang” #Gubrak -___-

Dalam hal ini saya ingin menuliskan opini saya tentang “selief system” dan realita, untuk anda yang menjadi praktisi hypnosis atau belajar hypnosis pasti mengetahui istilah di atas, namun agar anda yang belum mengetahui arti istilah di atas saya ingin menjelaskan sedikit tentang “belief system.”

“adalah suatu sistem / ajaran yang tertanam di dalam diri manusia dan ada di dalam bawah sadar manusia sebagai suatu nilai yang berlaku hingga saat ini, karena berasal dari apa yang sudah di tanamkan sejak mungkin dari dalam kandungan”

Contoh :
Seorang yang memiliki keyakinan tinggi terhadap agama yang di anutnya, misalnya Islam. Dan di suruh berpindah agama lain atas dasar paksaan, sudah di pastikan dia pasti menolak karena Islam adalah sesuatu yang sudah menjadi dasar yang kuat yang sudah menjadi pondasi awal sejak dia kecil.

Dan setelah mengetahui apa yang menjadi arti kata di atas, saya bisa lebih mudah melajutkan ke paragraf berikutnya.

Setelah mengetahui apa itu belief system, saya ingin membahas tentang hal itu apa kaitanya dengan realita dan apakah harus lari dari realita ?

Secara gampangnya saya katakan HARUS sesuai dengan realita (terutama penanaman tentang belief system yang baru), karena jika itu bertentangan dengan realita yang terjadi dan tetap di paksakan untuk di tanamkan maka kan terjadi sebuah permasalahan yang di sebut “fake false memory” (memori palsu yang salah).

Contoh untuk kasus ini seperti yang di alami oleh Bapak Anand Krisna, karena di tuduh melecehkan seseorang dan ketika di tanyakan kebenarannya terjadi kejanggalan yang terjadi, antara bukti dengan kesaksian ada sesuatu yang ganjil terasa. (untuk kasus lebih lanjut silahkan cari sendiri tentang permasalahan kasus Anand Krisna).

Contoh lain adalah :

Ketika banyak orang yang merokok dan mengepulkan asap hitam pekat yang sangat mengganggu beberapa orang yang bukan menjadi perokok, dan lalu munculah peringatan di setiap bungkus rokok sebuah peringatan misalnya “merokok membunuhmu” dan berbagai peringatan yang lain yang sebenarnya bersifat membodohi menurut saya sih (meskipun memang saya menyarankan anda yang ingin berhenti untuk merokok pada ebook saya “self stop smoking” menggunakan metode subminal message, namun yang saya sarankan hanya gambarnya saja yang di gunakan tanpa tulisannya).

Kembali lagi ke awal pembicaraan kenapa saya menganggap kalimat itu membodohi ? Ya jelas saja sebenarnya membodohi, meskipun itu realita (bahwa rokok itu memiliki zat beracun yang mampu meracuni darah dan berbagai organ tubuh, namun penggunaan tulisan itu malahan justru menurut saya memberikan efek seakan rokoknya yang salah, dan produsen rokok harus berhenti berjualan saja.

Dan jika masih ingin berjualan maka, di setiap bungkusnya harus di tempeli kenyataan bahwa nantinya para perokok harus menderita seperti itu. Meski realita begitu namun sebenarnya tak harus seperti itu lah, seakan rokoknya yang menjadi kambing hitam dan bukan saya mendukung para perokok (karena cara berhenti untuk merokok sudah saya jelaskan di ebook saya).

Dan kadang kesalahan seorang therapist adalah mendogma bahwa rokok itu jahat, rokok itu membunuhmu, dan ini dan itu, itu memBODOHi sangat menurut saya. Karena memberi pengertian seperti itu justru kurang memberikan efek jera dan justru malah parahnya adalah ketika mereka mengetahui kenapa rokok ini rasanya pahit dan jadi kurang sedap jadilah mereka menemukan penyebab dan kembali merokok, dan apa yang harus di lakukan sudah saya sediakan petunjuknya menurut opini saya di ebok saya yang tadi sudah di jelaskan. Yang intinya berikanlah opsi lain yang baiknya memberi pemberdayaan dan juga adalah opsi yang di buat tanpa memberikan efek menjelek-jelekan suatu hal lain sebagai kambing hitam.

Maka penanaman sebuah belief system haruslah :

Sesuai dengan realita (maksudnya adalah ketika di tanamkan harusnya memberikan pemberdayaan tanpa menjelekan dan membuat pengertian jahat suatu hal / suatu benda) dan juga sugesti itu memberikan efek dimana seseorang mampu menerimanya dengan sukacita dan damai tanpa nantinya menyalahkan dirinya atau orang yang membantunya apabila belief system yang di tanamkan ini ia langgar sendiri.

Kalau di tanam sendiri maka ketika ia langgar atau ia rasakan sebagai sesuatu yang mustahil, maka sebelum di tanamkan belief system, hendaknya ia memilah dan memilih apa yang baik dan apa yang buruk sebelum ia tanamkan terhadap dirinya sendiri (Reframe).

Sekian tulisan dari saya dan sampai jumpa dalam tulisan berikutnya, banyak kekurangan mohon di maafkan ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar