Powered By Blogger

Rabu, 17 September 2014

Sosok otoritas tertentu versi anak



Sosok otoritas tertentu versi anak


Pernahkan anda mendengar sebuah pernyataan bahwa, “Raja Hutan” adalah Singa ? Dengan wibawanya, keperkasaan dan aumannya membuat siapa saja patuh dan tahluk serta hormat dengan makhluk yang satu ini, namun bayangkan kalau ini adalah sosok yang di anggap galak tapi di takuti (lho ?) emang ada mas ? Adalah...

Siapa itu ? Ya kadang Guru, Teman, Pacar, atau Ortu kita sendiri.

Namun karena saya ingin memberikan sedikit opini saya maka saya hanya ingin membahas tentang otoritas orang tua kepada anaknya, dan apa akibat otoritas yang terlalu mendalam yang menancap di dalam otak anak tersebut ketika ia terlalu melihat sosok otoritasnya menjadi sebuah momok menakutkan yang ia harus takuti ketika ia berada di sekitarnya dan menjadi sebuah kebebasan yang tanpa bertanggung jawab ketika ia pergi dari sekitarnya.

Contoh :

Saya menancapkan figur otoritas seorang mama kedalam jiwa dan kehidupan saya, apabila saya melihat ibu yang lain sedang kesusahan maka sering kali tergeraklah hati saya untuk menolong ibu tersebut (dan juga kalau pun dia sering bertemu atau menolong saya dalam kesusahan). Maka secara otomatis ketika saya menancapkan ke bawah sadar saya sosok ibu sebagai otoritas saya maka ibu yang lain pun hampir semua saya perlakukan secara sama seperti ibu saya (kadang justru saya sedikit menjilat, jadi maafkan saya kalau masih berdosa wahai para ibu T.T).

Beda lagi dengan adik sepupu saya yang menanamkan figur seorang ibu juga yang bedanya adalah kalau mama saya itu lembut, disiplin namun menerapkan kasih dan mengajarkan kepada kami dua anaknya untuk melihat terlebih dahulu caranya, atau untuk menolak permintaan kami dengan halus, serta mengganti jajanan ringan kami kalau itu berMSG dengan es krim (meski itu lebih mahal sedikit) namun semua itu merasuk ke dalam jiwa kami.

Berbeda dan sungguh miris dengan sosok figur otoritas yang di tanamkan oleh saudara sepupu kami, karena dari kecil ia nyaris salah didik (tapi ya mau gimana jadinya gitu deh), maksudnya gimana ?

Begini contohnya :

Dia di belikan mainan mahal-mahal karena ibunya berpikir aku sudah 1 minggu tidak bertemu dengan dia, maka sebaiknya aku belikan saja mainan agar ia tetap sayang padaku.

Dia di belikan makanan setumpuk gunung agar ibunya merasa dia berkecukupan selama seminggu dan bisa makan, tanpa harus berebut dengan saudaranya.

Dia di berikan masing-masing benda sendiri-sendiri (mainan, makanan) alasanya agar tidak berebut dan tanpa harus berbagi.

Dan dia melihat sosok ibunya yang suka berkata kasar (tanpa sadar) cara dia berperilaku, dia bertutur kata dan berkata pada orang tua sangat kasar dan sangat brutal (pokoke suka-suka aku selama mama gak ada disini) begitulah yang saya rasakan entah gimana kalau yang lain ngerasakan, bodo amat...

Kesimpulan dari cerita saya adalah :

Dia dan saudaranya sama-sama menanamkan sosok figur ibu yang galak, suka menyuruh tanpa di beri tahu caranya, suka menghamburkan uang dan (maaf) pernah memberikan dogma bahwa “ayah” kandungnya adalah seorang yang jahat dan sama sekali tidak sayang kepada dia (penanaman memori kebencian), dan perilaku suka berteriak-teriak dan berkata seperti orang bar-barpun tetap di lakukan meski sudah berulang kali di pukul dengan sapu dan di marahi secara normal. Tetapi apa yang di dapatkan ? Just bukak iket blangkon, sama saja sami mawon hmmmm...

Maka itu saya jadi berpikir lagi, apakah saya nanti bakalan menikah ? Apakah saya nanti bisa mendidik anak saya dengan baik ? Apakah saya nanti bisa membesarkan mereka dengan baik ? Mau jadi apa mereka ?

Kadang ketakutan itu melanda diri saya, namun yah itu masih jauh saya bisa pikirkan selagi saya muda tapi boleh saya pikirkan sebelum semua terlambat, BETUL ???

Maka saya sarankan jika anda memang membutuhkan konseling anak dan konseling tentang parenting anda bisa menghubungi segera psikolog anak atau Hypnotherapist yang menangani soal parenting, karena sosok otoritas yang salah membuat anaknya susah untuk menghargai orang lain sebagaimana seseorang itu menghargai orang lain sama seperti sosok otoritasnya, apa lagi kalau sejak dari kecil di tanamkan sesuatu yang buruk dan sama sekali tanpa ada niatan untuk merubah dan berubah dari diri sendiri dan orang tuanya, waduh ngeri...

Oke sekian tulisan saya, dan trimakasih untuk kesediannya membaca tulisan saya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar