Pernahkan anda
mendengar ungkapan “air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga” atau “buah
jatuh tak jauh dari pohonnya” sebuah ungkapan yang sebenarnya sama-sama
menggambarkan bahwasanya seorang anak itu mengikuti atau meneladani apa yang ia
copy dan yang ia serap lalu tanamkan di dalam dirinya sebagai sistem
kepercayaan (belief system) dan sebagai gambaran diri (self image) yang ia
dapatkan dari kedua orang tuanya.
Meskipun secara
genetika, bahwa ½ gen ibu turun ke anak
laki-laki dan ½ gen ayah turun ke dalam diri mereka secara kimiawi, namun ½
bagian lagi adalah bawaan dari diri mereka sendiri. Meski begitu karakter juga
terbentuk dari lingkungan kehidupan mereka yang paling terdekat dan paling
pertama yaitu keluarga, kenapa ? Karena sebelum mereka mengenal dunia dan
melihat dunia dari jendela kamar masing-masing, keluarga adalah agen sosial
pertama dan terutama serta yang paling dekat dengan individu itu sendiri.
Meskipun kadang
saya sendiri menganggap bahwa betapa luar biasa galaknya kakak perempuan saya,
dan kadang betapa menjengkelkannya nasehat papa saya, juga kadang betapa
nyebelinnya permintaan mama saya yang kadang menggelikan juga untuk di
laksanakan (meski itu adalah asumsi saya, logikannya tidak).
Namun keluarga
adalah agen sosial pertama dan terutama dalam hidup tiap individu.
Contohlah bahwa
anda memiliki pasti teman kerja, rekan seprofesi, rekan sehobi, sahabat,
keluarga.
Dan ketika anda capek, ketika anda butuh istirahat, ketika anda
tidur, beraktifitas, rumah siapakah yang anda tuju ? Apakah rumah sahabat anda
? Rekan kerja anda ? Atau rumah anda ? Dimana keluarga berkumpul di situ ?
(meskipun itu PIM = Pondok Indah Mertua sekalipun ?)
Dan seperti kutipan
kata mutiara yang mengatakan :
“seburuk apapun,
semiskin dan semenderita apapun kehidupan keluargamu, tetapi api dalam bara
yang merahpun tak bisa menggantikan kehangatan dari hangatnya berkumpulnya
sekelompok manusia dalam hubungan keluarga.”
Maka ketika seorang
anak yang ingin pulang dan mendapati kehidupan keluarganya berantakan, dan dia
lalu lari ke narkoba dan kita menyalahkan dia karena keluarganya aja gak bener,
apa lagi anaknya makin gak bener ! Kitalah yang seharusnya MALU !
Ada sebuah contoh
yang nyata, saya dapatkan ini ketika saya sedang ngopi pagi sebelum saya pergi
ke klinik tempat saya bekerja. Saat itu saya tak sengaja memberi nasehat kecil
pada seorang anak tetangga yang memang cukup akrab dengan saya, dan tanpa
sengaja terlontar sebuah kalimat dari mulut saya yaitu :
“Amit-amit kalau
nanti membesarkan anak, anakku nakal dan manjanya minta ampun.” Begitulah
kira-kira kalimat yang terlontar dari mulut saya ini.
Setelah seorang
bapak yang dari tadi diam mendengarkan celotehan saya, dia mulai memberikan
respon terhadap apa yang saya katakan...
Intinya ketika saya
memberitahu bahwa saya masih 19 tahun, bapak itu lantas mengatakan.
“Semua itu kembali
lagi mas ke orang tuanya...” sebuah kata yang cukup bijak dan memang sangat
dalam untuk saya renungi setiap hari selama saya belum mendapatkan cinta dari
seorang jodoh yang sesuai.
Dan dia menambahkan
sebuah cerita yang cukup mencengangkan, bahwa temannya dia, teman satu
perjuangannya itu mendapati anaknya ternyata mencuri uang ibunya sendiri
sebanyak $.10.000 ??? WOW
jumlah yang cukup mencengangkan !!!
Namun setelah saya
dapatkan informasinya, ternyata ??? Dia kabur selama 3 hari di sebuah mall
warnet hanya untuk menghabiskan $. 10.000 tersebut, dan yang mencengangkan
adalah dia mengatakan bahwa dia melakukan seperti itu karena meniru apa yang di
lakukan oleh bapaknya.
Sungguh mengenaskan
namun mau bagaimanapun anak tetaplah hasil buah perbuatan dari orang tua
mereka, namun ketika kita menanamkan kebaikan maka kiranya kita boleh menuai
yang baik nantinya, aamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar