A 3.9
Siang itu panas
terik mentari mulai menyiram cahyanya ke pada kami mahkluk-makhluk ciptaanNya,
baik tumbuhan, hewan dan kami para manusia menikmati setiap tetes cahaya yang
turun dari langit biru kota lumpia. Berawal dari mata turun ke hati begitulah
kata pujangga cinta jaman dahulu menyampaikan suatu gambaran perasaan adam dan
hawa yang bersatu dalam sebuah harmoni yang di kenal dengan sebutan C.I.N.T.A.
Ini adalah ceritaku
dalam menemukan hangatnya perasan cinta, dalam merasakan betapa kadang karena
cinta ada hati yang bisa terluka, dan karena cinta pula terkadang semua
kebencian boleh melebur menjadi satu harmoni yang saling memahami perbedaan dua
hati.
Sebuah ruang
berukuran cukup besar menjadi saksi bisu pertemuan ku dengannya, yah dia yang
membuatku mabuk bukan karena minuman beralkohol kelas eceran, namun karena di
mabuk oleh sebuah perasaan yang di sebut orang sebagai “Mabuk Kepayang” (itu
lho mabuk karena sesuatu yang menggembirakan dan nikmat sejadi-jadinya).
Dan pada hari itu,
sesuatu merubah hidupku yang tadinya hanya menjadi seorang yang kaku dan
pendiam, menjadi seorang yang berbeda... yah berbeda sekali dari kebiasaanku
yang hanya selalu membaca buku, menulis tulisan di blog atau hanya sekadar
tegur sapa kalau itu di perlukan. Aku mulai di rubahnya menjadi pribadi yang
lebih baik dan luar biasa, karena apa ?
“Semua karena
CINTA” begitulah lirik lagu dari Syahrini mewakili perasaanku yang mendalam
tentang kegilaan perasaan brutal yang berkecamuk di hati dua anak manusia yang
saling menikmati rasa, rasa CINTA.
Rasa pedas, rasa
manis, rasa pahit, rasa masam, semua campur menjadi satu ketika seseorang
sedang mengalami jatuh cinta yang sangat dalam dan sangat mengakar di hati
(yang entah itu adalah bagian dari organ tubuh bagian yang mana, meski semua
orang mengatakan bahwa itu ada di bawah dagu dan turun sedikit di bagian dari
leher kira-kira tepatnya 5 cm dari bagian leher depan).
Dan 2 buah angka
yang sebenarnya memiliki hubungan yang sangat baik, karena salah satu angkanya
berfaktor dari angka yang menjadi temannya itu, 3 dan 9 adalah sahabat karib
yang sangat dekat, dan di pisahkan hanya dengan tanda (.) titik, sebagai
penanda bahwa ruangan itulah yang menjadi saksi bisu cinta aku dengannya,
perasaan yang lama terpendam, dan hanya butuh selangkah lagi untuk dapat mulut
ini mengungkapannya.
Hanya saja mungkin
antara aku dan dirinya memang mungkin bisa di kata belum berjodoh atau mungkin
Tuhan belum menjodohkan kami, entahlah... yang aku tahu adalah...
Tuhan tahu yang
terbaik untuk hambanNya, dan aku percaya semua baik karenaNya saja, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar