Membudayakan budaya kita
Dan sebuah tulisan
ini aku tujukan kepada kita semua manusia yang kadang lupa akan budaya kita
sendiri, budaya nenek moyang yang di wariskan melalui banyak hal, dan di
wariskan secara turun temurun. Sebagai sesuatu yang sebenarnya abadi dan kekal
jika saja kemajuan jaman tetap menjaga bahkan mendampingi di setiap perjalanan
waktu.
“Jawa” kenapa saya
menyebut kata jawa ? Alasannya sederhana, saya orang jawa dan lahir di jawa
(meskipun pada kota jawa saja perbedaannya sangat kental di sana-sini) mulai
dari bahasanya, cara ndalangnya, masakan khas daerahnya, dan sebagainya.
Menariknya bagi
sebagian orang, mengenal budaya sendiri itu sama saja seperti orang desa pergi
ke kota (bahasa jawanya itu “Ndeso” = Kampungan = Udik) padahal ya gak gitu
juga kaleee. Gak percaya ?
Ada satu pengalaman
saya ketika berbincang-bincang dengan seorang guru saya saat saya berada di
kantin sekolah (posisinya saya sudah jadi alumni), beliau berkata pada saya
bahwa dulu salah seorang muridnya yang bekerja sebagai resepsionis bertemu
dengan orang asing. Menurutnya semua orang asing itu ya paling bisa hanya di
ajak bicara dengan bahasa inggris (di anggap bahasa paling universal atau
bahasa kerennya Lingua Franca).
Namun asumsi ini
berubah menjadi Ass U Me bagi dia, dan menancaplah bumerang yang harusnya dia
tangkap malah mengenai jidatnya (itu hanya perumpamaan saja) maksudnya, ketika
dia menanyai dengan bahasa inggris ternyata si bule ini bisa bahasa JAWA
saudara-saudara wkwkwkwwk :p.
Dan yang terjadi adalah
percakapan antara si bule dan kakak kelas saya itu adalah, si bule bertanya
panjang lebar, dan ia hanya bisa menjawab “nggih” = ya dalam bahasa jawa,
sungguh tragis dan miris ketika bule itu terakhir berkata “wong Jawa kok mung
isa nggah-nggih nggah-nggih” (orang Jawa kok cuma bisa bilang ya ya ya ya).
Betapa memalukannya
bagi kita terutama, dia yang mengalami sakit hati yang tak mampu terbalaskan,
kenapa ? Karena dia memang orang Jawa dan ketidakmampuannya berbahasa Jawa
halus itu sama seperti orang inggris yang lupa bagaimana caranya berbicara
dengan bahasa inggris, ini kan rasanya sakit tapi ya harus di terima karena dia
sama sekali hanya bisa berkata “ya” dalam bahasa jawa. #Tragis
#SakitnyaTuDiSini (nunjuk dengkul)
Dan saya hanya mau
katakan padamu, bahwa sebagai orang yang mencintai budayanya, dan bingung harus
memulai dari mana ? Saya hanya bisa berkata “Pelajarilah BAHASAMU” itu
sebenarnya sudah awal dan langkah yang baik, dari pada kamu capai-capai
memaksakan kehendakmu untuk mempelajari aksara murda, aksara kawi dan bahasa
sansekerta kuno, haduh...
Cukup dengan
pelajari bahasamu terlebih dahulu saja itu sudah cukup membuat kamu menghargai
budayamu, meski salah meski kurang tepat dalam mengucapkannya, itu lebih dari
cukup untuk orang lain boleh mengetahui bahwa kamu menghargai budayamu dan kamu
terbukti sudah bisa menghargainya.
Apabila kata orang
harus membeli batik, membeli wayang, menonton wayang semalam suntuk, dan harus
mengikuti upacara berbumbu khas kejawen itu WRONG !!! Hello ??? Loe boleh
ikutan kalau loe suka tapi loe juga boleh mengapresiasi itu lewat cara loe
berbahasa dulu aja, itu udah cukup bagus, kecuali emang ada hasrat untuk
belajar lebih dalam.
Karena pada jaman
pra aksara (sebelum di temukan tulisan) manusia hanya berkomunikasi dengan
gambar dan bahasa, dan bahasa itulah yang juga di gunakan untuk menurunkan
berbagai cerita rakyat dan foklore (di jaman aksara pun saat itu belum di
temukan kertas untuk menuliskan apa yang ingin di catat sebagai sejarah).
Jadi manusia
menggunakan bahasa untuk menurunkan cerita rakyat dan foklore kepada generasi
di bawahnya (untung aku dulu belajar antropologinya ada yang nyantel, hahaha :p
).
Lalu bagaimana
dengan budaya Sunda, Betawi dan budaya yang lainnya ? Ya sama saja, min
kuasailah bahasamu karena itu adalah cerminan dari dirimu yang memang mencintai
budayamu ataukah kamu merasa bahwa budayamu adalah budaya yang kuno ?
Selamat belajar :D
trimakasih atas kesediaannya membaca tulisan ini :D GBU :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar