Ketika Tuhan memberi dan Tuhan belum memberi
Judul ini saya
angkat sebagai tulisan saya yang berikutnya karena saya merasakan betul
bagaimana perasaan orang yang sudah lama berdoa namun belum juga di beri, hanya
saja yang membedakan saya yang dulu dan yang sekarang ialah bagaimana cara saya
memandang kasusnya (apa yang saya mintakan pada Tuhan dan apa yang saya
dapatkan ketika meminta).
Saat saya masih
sering meminta dan merengek kepada Tuhan, maka yang terjadi ialah sering sekali
bahwa saya merasa saya kehilangan banyak hal dalam diri saya hari itu. Baik itu
tenaga, pikiran, bahkan diri saya sendiri serasa lepas dari keadaan yang
mungkin bisa di katakan sebagai “wong waras” = orang sehat / normal. Hal itu
tentunya sangat mengganggu takala saya justru mendapatkan angin lalu dari apa
yang saya mintakan, saya minta ini eh seakan hanya di tanggapi sebagai angin
lalu, saya minta ini minta itu semua seakan seperti minta pada angin yang hanya
menghembuskan tiupannya untuk menandai bahwa semua itu sia-sia. (itu saya yang
dulu tapi)
Setelah saya
belajar dan mulai bangkit dari keterpurukan, masa lalu yang kelam, ternyata
Tuhan boleh mulai memulihkan keadaan saya pelan tapi pasti, buktinya ? Saya
boleh kembali melaksanakan aktifitas saya sebagai seorang penulis amatiran dan
mengisi ruang kosong di blog saya sendiri, meski hal tersebut kadang sama
sekali belum mendapatkan apresiasi atau gubrisan dari orang yang memang melihat
link saya yang sengaja saya copas ke FB, namun saya tetap berbangga hati karena
apa ?
Karena saya melakukan sesuatu yang kadang mereka belum lakukan sebagai
seorang yang expert di bidang mereka (ingat semua orang expert di bidangnya
pasti tetap memiliki hasrat menulis baik itu hanya opini maupun hingga buku lho
:D ).
Dan ketika saya
berdoa, Puji Tuhan semua itu bisa perlahan saya terima sebagai sebuah anugerah,
misalnya saja ketika saya berdoa minta pacar (boleh-boleh aja yah :p ?)
ternyata sampai sekarang belum di beri, kenapa ? Ya mungkin Tuhan melihat bahwa
keseriusan saya masih setengah-setengah semenjak dulu saya memiliki pacar yang
terakhir, dan sikap saya yang mungkin masih kekanak-kanakan masih terlihat
sangat jelas, jadi bilamana Tuhan memang mengijinkan saya mendapatkannya maka
saya sudah di anggap pantas dan layak secara materi, secara mental dan terutama
secara pendewasaan diri.
“Bilamana kamu
sudah membuat diri kamu elegan, bersahaja, sukses, dan berkelas, maka datanglah
apa yang memang kamu cari yang juga elegan, bersahaha, sukses, dan berkelas
untuk kamu miliki meski tidak sepenuhnya.” (kalimat kutipan pak Mario Teguh
yang saya edit-edit).
Intinya kembali
lagi kok kepada kita, ketika kita meminta pertolongan padaNya katakanlah apa
yang memang ada di dalam hatimu, hanya saja katakan itu dengan penuh keIKHLASan
(meski kau bawa itu dalam kepedihan, dalam perih di hati, atau apapun perasaan
duka mu itu) yang penting kalau di jawab katakan “Trimakasih” belum di jawabpun
katakan juga “Matur Nuwun” (trimakasih dalam bahasa jawa).
Konsep ini saya
temukan dan saya pelajari cukup lama sekali sejak saya menonton sebuah film
berjudul “Evan Almighty” (Evan yang berkuasa). Sebenarnya ini adalah lanjutan
dari film “Bruce Almighty” yang mana di film itu Evan menjadi salah satu
saingan saat menjalani pekerjaan sebagai news anchor dan wartawan.
Di dalam film Evan
Almighty ini saya merasakan zona kristiani yang sangat kental (maklum namanya
juga pakai ayat-ayat alkitab), namun bukan ini yang saya ingin tekankan di
sini.
Ada suatu adegan di
mana pemeran Tuhan (Morgan Freeman) datang menemui isteri Evan yang pergi dari
rumah dan makan di sebuah restoran, dan ia melihat bahwa isteri Evan yang malu
dan sedih manakala mengetahui kesintingan suaminya yang mengaku di utus Tuhan
sendiri menjadi Nuh (kalau bahasa inggrisnya kan Noah).
Dan Tuhan yang
menyamar menjadi pelayan restoran itu berkata :
“Mengapa kamu
begitu sedih ? Adakah sesuatu yang sedang membuat kamu bersedih ?”
Istrinya (istrinya
Evan maksudnya :p) menjawab :
“Iya... Suamiku
mengira bahwa ia adalah utusan Tuhan yang di minta menjadi Nabi Nuh, betapa dia
sudah berpikiran tidak waras dan malah meninggalkan keluarganya yang harusnya
di cintainya.”
Kata Tuhan lagi :
“Begitu ? Apa
memangnya yang kau minta kepada Tuhan ?”
Istrinya menjawab :
“Aku meminta kepada
Tuhan agar memberikan aku keluarga yang bahagia dan aku bisa selalu ada bersama
suamiku dan juga anak-anakku, tetapi apa jawaban Tuhan yang malah membuat aku
terpisah dengannya”
Jawab Tuhan :
“Aku hanya
menanyakan padamu, ketika kita meminta kepada Tuhan apa yang akan Tuhan berikan
kepada kita ? Apakakah Tuhan kan memberikan kita apa yang kita inginkan ? Atau
Justru Tuhan kan memberikan kita kesempatan untuk mendapatkannya ?
Sama halnya ketika
kamu berdoa saat kamu meminta kebahagiaan untuk keluargamu apakah kamu langsung
bakal mendapatkan apa yang kamu mau ? Ataukah kamu mendapatkan kesempatan untuk
lebih dekat dan membentuk kebahagiaan itu dengan kamu ?”
Dan apa yang anda
pikirkan setelah membaca cuplikan tulisan di atas ? Tertarik untuk menonton
kedua film itu ? Saya rasa ada sebuah pelajaran yang bisa anda dapatkan dan
bisa anda renungkan dari kutipan di atas.
Dan saya hanya
berpesan kepada anda, ketika anda meminta segala sesuatunya dengan sungguh,
jika memang itu adalah sebuah kebutuhan dan itu adalah hal yang memang sangat
anda butuhkan maka niscaya itu semua boleh anda dapatkan, kecuali sesuatu itu
memang belum perlu anda dapatkan, maka tidak semua hal yang anda inginkan harus
sekejap mata di berikan.
Semua perlu
kesungguhan, kegigihan dan juga kepantasan dalam mendapatkannya, kalau pun
sudah semuanya di lakukan ingat juga keIKHLASan berperan penting dalam semua
itu, tanpa ikhlas maka semuanya itu hanyalah kesia-siaan belaka.
Okay :D selamat
belajar :D GBU...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar