Anda pernah
mendengar istilah bahwa ketika cinta melekat bahwa tai kucing rasa coklat ? Ya
memang itu adalah sebuah perumpamaan bahwa ketika cinta sedang getolnya di
rasakan maka apapun yang terjadi bak gunungpun kan di daki, laksana tsunami kan
di terjang dan badaipun kan di lewati, namun ketika di tanya “kenapa kemarin
gak jadi datang ke rumahku ?” dan hanya senyum sambil di jawab “kan gerimis
sayang” #Gubrak -___-
Dalam hal ini saya
ingin menuliskan opini saya tentang “selief system” dan realita, untuk anda
yang menjadi praktisi hypnosis atau belajar hypnosis pasti mengetahui istilah
di atas, namun agar anda yang belum mengetahui arti istilah di atas saya ingin
menjelaskan sedikit tentang “belief system.”
“adalah suatu
sistem / ajaran yang tertanam di dalam diri manusia dan ada di dalam bawah
sadar manusia sebagai suatu nilai yang berlaku hingga saat ini, karena berasal
dari apa yang sudah di tanamkan sejak mungkin dari dalam kandungan”
Contoh :
Seorang yang
memiliki keyakinan tinggi terhadap agama yang di anutnya, misalnya Islam. Dan
di suruh berpindah agama lain atas dasar paksaan, sudah di pastikan dia pasti
menolak karena Islam adalah sesuatu yang sudah menjadi dasar yang kuat yang
sudah menjadi pondasi awal sejak dia kecil.
Dan setelah
mengetahui apa yang menjadi arti kata di atas, saya bisa lebih mudah melajutkan
ke paragraf berikutnya.
Setelah mengetahui
apa itu belief system, saya ingin membahas tentang hal itu apa kaitanya dengan
realita dan apakah harus lari dari realita ?
Secara gampangnya
saya katakan HARUS sesuai dengan realita (terutama penanaman tentang belief
system yang baru), karena jika itu bertentangan dengan realita yang terjadi dan
tetap di paksakan untuk di tanamkan maka kan terjadi sebuah permasalahan yang
di sebut “fake false memory” (memori palsu yang salah).
Contoh untuk kasus
ini seperti yang di alami oleh Bapak Anand Krisna, karena di tuduh melecehkan
seseorang dan ketika di tanyakan kebenarannya terjadi kejanggalan yang terjadi,
antara bukti dengan kesaksian ada sesuatu yang ganjil terasa. (untuk kasus
lebih lanjut silahkan cari sendiri tentang permasalahan kasus Anand Krisna).
Contoh lain adalah
:
Ketika banyak orang
yang merokok dan mengepulkan asap hitam pekat yang sangat mengganggu beberapa
orang yang bukan menjadi perokok, dan lalu munculah peringatan di setiap
bungkus rokok sebuah peringatan misalnya “merokok membunuhmu” dan berbagai
peringatan yang lain yang sebenarnya bersifat membodohi menurut saya sih
(meskipun memang saya menyarankan anda yang ingin berhenti untuk merokok pada
ebook saya “self stop smoking” menggunakan metode subminal message, namun yang
saya sarankan hanya gambarnya saja yang di gunakan tanpa tulisannya).
Kembali lagi ke
awal pembicaraan kenapa saya menganggap kalimat itu membodohi ? Ya jelas saja
sebenarnya membodohi, meskipun itu realita (bahwa rokok itu memiliki zat
beracun yang mampu meracuni darah dan berbagai organ tubuh, namun penggunaan
tulisan itu malahan justru menurut saya memberikan efek seakan rokoknya yang
salah, dan produsen rokok harus berhenti berjualan saja.
Dan jika masih
ingin berjualan maka, di setiap bungkusnya harus di tempeli kenyataan bahwa
nantinya para perokok harus menderita seperti itu. Meski realita begitu namun
sebenarnya tak harus seperti itu lah, seakan rokoknya yang menjadi kambing
hitam dan bukan saya mendukung para perokok (karena cara berhenti untuk merokok
sudah saya jelaskan di ebook saya).
Dan kadang
kesalahan seorang therapist adalah mendogma bahwa rokok itu jahat, rokok itu
membunuhmu, dan ini dan itu, itu memBODOHi sangat menurut saya. Karena memberi
pengertian seperti itu justru kurang memberikan efek jera dan justru malah
parahnya adalah ketika mereka mengetahui kenapa rokok ini rasanya pahit dan
jadi kurang sedap jadilah mereka menemukan penyebab dan kembali merokok, dan
apa yang harus di lakukan sudah saya sediakan petunjuknya menurut opini saya di
ebok saya yang tadi sudah di jelaskan. Yang intinya berikanlah opsi lain yang
baiknya memberi pemberdayaan dan juga adalah opsi yang di buat tanpa memberikan
efek menjelek-jelekan suatu hal lain sebagai kambing hitam.
Maka penanaman
sebuah belief system haruslah :
Sesuai dengan
realita (maksudnya adalah ketika di tanamkan harusnya memberikan pemberdayaan
tanpa menjelekan dan membuat pengertian jahat suatu hal / suatu benda) dan juga
sugesti itu memberikan efek dimana seseorang mampu menerimanya dengan sukacita
dan damai tanpa nantinya menyalahkan dirinya atau orang yang membantunya
apabila belief system yang di tanamkan ini ia langgar sendiri.
Kalau di tanam
sendiri maka ketika ia langgar atau ia rasakan sebagai sesuatu yang mustahil,
maka sebelum di tanamkan belief system, hendaknya ia memilah dan memilih apa
yang baik dan apa yang buruk sebelum ia tanamkan terhadap dirinya sendiri
(Reframe).
Sekian tulisan dari
saya dan sampai jumpa dalam tulisan berikutnya, banyak kekurangan mohon di
maafkan ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar