Powered By Blogger

Senin, 26 Januari 2015

Selamat Jalan Pahlawan






Pagi itu, kubuka pagiku  dengan bersyukur atas karunia sang pencipta karena masih memberikanku nafas kehidupanNya kepadaku, masih dalam keadaan belum sepenuhnya kembali kesadaranku aku mulai berjalan ke warung di sebelah rumahku dan mulai merobek sebungkus kopi dan menyeduhnya untuk ku nikmati di pagi hari yang sungguh indah ini.
Ku lirik jam dinding yang menatapku dengan tatapan sinis, seakan menunjukan bahwa “waktumu di rumah untuk bersantai sudah berakhir, segeralah mandi dan bersihkan dosa-dosa yang menempel di tubuhmu !!!” begitulah jam dinding rumahku memberikan arti tatapan sinisnya.
Dan, aku mulai melangkah menuju tempat istimewa... ya... “kamar mandi” adalah tempat istimewa bagi hampir sebagian bahkan seluruh orang yang ada di seluruh belahan dunia, entah kenapa itu memang berlaku dan memang begitulah ketetapannya. Jika kamu belum percaya, maka buktikanlah ! Karena di dalam ruangan ini, manusia akan memperlihatkan dirinya yang sesungguhnya dan tak bisa menutupi apapun di dalam dirinya.
Bagi sebagian orang, kamar mandi sendiri adalah tempat untuk mengekspresikan berbagai kegiatan yang tidak bisa di ekspresikan ketika bersama orang lain.
Eits... kalau kalian berpikir porno berarti kalian salah besar terhadap maksudku, dan ada dua kemungkinan, bahwa...
Kalian memahami apa yang sedang aku maksudkan karena memang input dan output nya yang berbeda, atau... kalian tidak pernah mempelajari linguistik...
Ah sudahlah, nanti malah panjang urusannya. Sebenarnya yang aku maksud adalah semisal menyanyi di kamar mandi, adalah kegiatan yang pasti sering di lakukan oleh hampir semua orang di dunia ini. Karena ini adalah kegiatan ternikmat saat berada di kamar mandi, sambil menikmati segarnya air mandi dan harumnya bau sabun mandi yang membersihkan segala dosa yang menempel pada hari sebelumnya.
Bicara soal menyanyi di kamar mandi, kegiatan ini selain menjadi kenikmatan tersendiri bagi para penikmatnya, mungkin hanya kegiatan inilah yang paling bisa mengusir rasa sepi karena sendiri di kamar mandi. Atau jika air mandimu berasa sedingin es, mungkin hal inilah yang bisa kamu lakukan untuk mengusir rasa dingin yang mulai menusuk tulang-tulangmu.
Ah sudah, kita langsung ke inti saja, karena bawah sadarku sudah mengingatkan ku bahwa hari ini aku harus datang ke klinik tempat aku bekerja sebagai hypnotherapist, dan mulailah aku mengganti bajuku, memasukan laptopku, memakai jaket angkatan yang bertuliskan “Nihon no Bungaku” yang kurang lebih artinya “Sastra Jepang,” karena ya di situlah aku berkuliah dan mendapatkan siraman berbagai ilmu kehidupan yang bagi mahasiswa lain mungkin hanya sebagai sebuah sekolah bahasa biasa, tetapi tidak buatku.
Di sastra Jepang Sendiri aku mendapatkan banyak sekali ilmu kehidupan, mulai dari siapa orang yang mau bersusah dan berjernih denganku, siapa yang mau bersama denganku saat aku bicara di depan mukanya, siapa yang mau mendengarkan celotehku, dan masih banyak ilmu kehidupan yang aku sudah serap dan aku terima serta aku aplikasikan dalam kehidupan kampus mahasiswa fakultas ilmu budaya.
Sebagai hypnotherapist sendiri aku secara pribadi di tuntut untuk bisa menjadi orang yang fleksibel dan supel kepada semua orang, entah itu tukang becak yang datang untuk hanya sekadar celoteh tentang masalah pendapatannya di hari itu, hingga seorang milyader yang mungkin datang untuk menceritakan kenakalan anaknya yang melebihi sifat malaikat Tuhan yang di usir dari sorga karena keangkukannya, yup melebihi “Lucifer.”
Namun entah kenapa memang seakan Tuhan sudah menggariskan kehidupanku menjadi seorang konselor, dan aku juga tidak serta-merta menolaknya kok, justru aku malah menikmati kehidupanku sebagai seorang konselor dan hypnotherapist. Sejak dari sd aku merasa aku senang dan ingin sekali menjadi pemecah permasalahan seseorang, di smp aku memiliki banyak adik-adik perempuan yang sering aku bantu dalam permasalahan mereka.
Yah maklum aku sendiri saat smp bukan anak yang cukup populer, karena yah... motor gak punya, duit gak punya... ganteng juga enggak... mau pamer apa ?
Bahkan aku memulai awal karirku sebagai vokalis band di smpku, itu saja gak terwujud menjadi sesuatu yang membuatku famous, karena aku saat itu masih “shy-shy cat” alias malu-malu kucing jika berada di depan banyak lautan manusia.
ku langkahkan kaki menuju seni yang lain... “sulap” sebuah seni yang akhirnya menjadi perantauan bagi jiwaku yang masih mencari-cari apakah aku berbakat di seni ini ? dan dari sinilah aku mulai berkenalan dengan “seni komunikasi persuasif” aliasnya hypnosis ini.
tapi aku lebih suka orang mengenalku sebagai seorang penulis, banyak kok karya yang sudah aku buat, hanya saja namaku belum sepopuler nama sastrawan dan penulis lainnya, dan juga karyaku ini sifatnya opensource (eh bener gak ya istilahnya gratis tu ini, hehehe).
Ku mulai perjalananku dengan mencium tangan dan pipi eyang putriku, dan mengambil helm serta mulai mengeluarkan motorku, dalam hati aku berkata... “Halo dunia !!! selamat pagi !!!”
Menyusuri jalanan menuju ke tempat di mana aku bekerja sudah biasa ku lakukan dengan menggunakan motor yang memang di berikan oleh bosku sebagai hadiah karena aku tidak mungkin meminjam motor miliknya selalu, dan motorku ini pun ada sejarahnya, begini singkatnya :
Saat itu aku pergi ke klinik seperti biasa dengan di jemput oleh seseorang yang di suruh oleh bosku, dan saat datang ke sana aku langsung menyambar komputer yang ada di dalam ruangan hypnotherapy, “facebookan dulu ah” begitulah aku berkata dalam hati, soalnya memang di sini ada internet aksesnya, lumayan lah... hehehe.
Saat aku sedang bermain facebook, aku mendengar bosku dengan salah satu pegawai istrinya berbincang-bincang soal motor matic, dan sekadar bercanda dalam hati aku mengatakan... “coba kalau salah satu motornya itu buat aku” hanya sebuah pikiran sederhana seorang mahasiswa biasa, hehehe.
Dan di hari itu katanya ada klien yang datang untuk melakukan konseling dan hypnotherapy pada kami, ternyata seorang oma-oma china yang datang. Yah siapapun yang datang harus di terima dan di sambut dengan baik bukan ? Ya sudah akhirnya aku berusaha dengan kemampuanku yang terbatas dan memang aku juga baru memulai ini kan ?
Dan jujur saja “3600 detik” itu bukanlah waktu yang sebentar untukku, karena menjadi pendengar yang baik seperti yang aku tuliskan dalam karyaku “The art of listening” itu tidak semudah kelihatannya dan tidak semudah teorinya... pasang kupingmu dan selesai...
Gak semudah itu ya... karena kupingmu juga berkorelasi dengan otakmu yang akhirnya memproses bagaimana informasi yang masuk, dan di cerna lalu di proses sebagai output atau sebagai rasa yang nantinya membuat gerakan tersembunyi seperti kaki yang di hentak-hentakan di lantai atau tangan yang mengetuk meja, itulah tanda bahwa kita sedang geli-geli basah “gelisah.”
Tapi ya berkat kuping yang boleh tetap menempel dan mendengarkan celotehan repetisi ala oma-oma, maka lahirlah motor itu saat aku menerima sebuah sms yang berkata “kamu mau motor warna apa ? tak tukoke,” bagai ketiban durian runtuh (kata orang gitu, padahal aku ndak suka durian) eh aku langsung kaget dan aku berkata “Tuhan engkau memang memberikan ku kesempatan untuk bisa belajar dengan kehidupan ini, trimakasih Tuhan.”
Sesampainya di depan gang menuju ke klinik aku bingung kenapa ada bendera kuning terpasang, dan bawah sadarku memberitahu sebuah informasi bahwa itu tanda orang meninggal di daerah semarang, dan pada akhirnya aku mengerti kenapa sebelum aku berangkat seorang teman yang juga sama-sama therapist sudah memberi pesan “mas aku di depan alfamart dekat klinik” jadi ini to yang menyebabkannya ?
Sebenarnya aku sudah pernah merasakan kehilangan dan merasakan suasana duka kehilangan anggota keluarga, tapi kejadian itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Pertama kehilangan eyang putri lalu di susul eyang kakung (dari pihak papa). Dan kejadian itu tidak pernah membuatku lupa akan apa yang memang sudah beliau lakukan terhadap keluargaku, mulai dari jasa-jasanya sampai hal yang... ah sudahlah tak perlu di bahas...
Aku memutuskan untuk duduk-duduk sebentar dan bercanda bersama temanku ini, tanpa basa-basi aku segera mengambil tindakan dengan mengambil arah berputar ke tempat tujuan awal. Saat mendekati klinik tempat aku bekerja, terlihat bahwa tenda hijau sudah menghiasi depan rumah duka.
Segera ku parkir motorku dan aku mulai menuju tempat di mana aku harus memposisikan diriku, aku pun memulai pembicaraan dan saling bertukar pikiran dengan temanku ini, sambil menunggu seorang bapak yang juga bekerja sebagai assistent bosku di klinik ini. dalam beberapa menit setelah aku bertemu dan beliau duduk di sebuah ranjang tempat pasien stroke nantinya berbaring, bosku datang.
Dan setelah rapat beberapa menit, kami mengambil posisi kami masing-masing untuk bekerja juga saling tukar pikiran, sambil aku sedikit menyadari bahwa di depan klinik sudah mulai banyak lautan manusia bermunculan, karena penasaran aku mulai melihat saat upacara penghormatan di lakukan kepada almarhum.
Dan baru aku menyadari bahwa beliau adalah salah satu pejuang perebut kemerdekaan RI yang masih hidup di era milenium, namun Tuhan berkehendak lain ketika ia harus di jemput pada hari minggu pada jam satu, dan akhirnya ia mangkat sebagai kesuma bangsa, bahkan ada ritual yang menurutku aneh, yaitu para keluarga memutari keranda almarhum beberapa kali, ya sudah mungkin itu tradisi.
Bahkan aku sendiri yang tidak mengenal siapa beliau secara dekat, ikut memberikan penghormatan dengan mengangkat tanganku ke dekat dahi dan membentuk sudut empat puluh lima derajat laksana upacara bendera dalam menghormati inspektur upacara. Namun aku menyadari bahwa ia memanglah pahlawan tanpa pamrih, karena siapa yang mengharap tanda jasa saat merebut kemerdekaan ? Boro-boro tanda jasa, bisa merdeka dari jajahan negara asing saja sudah bersyukur.
Dan acara itu di akhiri dengan membawa almarhum ke tempat pemakaman di mana beliau akan di kebumikan dan di beri sambutan hormat terakhir sebelum manusia yang tadi telah menghormatinya pulang ke kehidupannya masing-masing.
Selamat jalan pejuang !!! Jasamu sangat berarti bagi kami !!! Selamat Jalan Pahlawan !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar