Powered By Blogger

Jumat, 23 Januari 2015

Hubungan Phobia dan Trauma akibat menonton Sinetron



Pada tulisan saya kali ini saya tidak ingin membahas banyak hal, hanya sebuah topik yang mungkin saja sudah menjadi bahan yang cukup banyak di perbincangkan entah karena di anggap tidak mendidik atau di anggap terlalu lebay saya tidak begitu paham, tetapi setelah mendengarkan dua buah kasus dari seorang teman therapist, saya jujur pada awalnya kaget dan tidak menyangka bahwa akar permasalahan berasal dari sesuatu yang tidak nyata dan bahkan sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pribadinya tetapi kenapa bisa menjadi sangkut paut dengan orang tersebut ?
Yup, sinetron adalah biang keladi dari permasalahan yang klien teman saya ini derita, memang untuk mengetahui apa yang menjadi perbincangan saya ingin berbagi cerita pada teman-teman baik yang memang sudah professional maupun yang sedang berproses menekuni dunia pemrograman pikiran, begini kira-kira ceritanya :

Teman saya ini di datangi klien dengan keluhan “hopeless” dan pernah mau mencoba bunuh diri, padahal konon di ketahui bahwa ia adalah seorang pengusaha yang memiliki banyak pekerja, dia hidup dalam berkelimpahan. Namun kenapa bisa dia berpikir bahwa dia tidak bahagia ? Bahkan ada keinginan mencoba untuk bunuh diri, dan ternyata..
Klien yang bersangkutan pernah menonton sebuah sinetron yang menceritakan tentang seseorang yang hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaanpun kok enjoy saja ? Dan bahkan dia mengatakan pada teman saya ini “Saya iri mas sama yang di sinetron itu” ealah, sepele tapi dampaknya dahsyat ya teman-teman.
Ada juga seseorang yang sudah cukup berumur, datang kepada teman saya dengan keluhan phobia benda tajam (ada sih nama phobianya, silahkan search ya) dan ketika di introgasi level mendasar (biasanya kan ada kejadian awal yang akhirnya menyebabkan terjadinya phobia). Tetapi di level ini kok tidak di temukan ? Tanpa habis akal teman saya ini langsung menanyakan kepada si klien “kapan/sewaktu apa biasanya perasaan ini muncul” dan ternyata...
“waktu di peluk ibu mas” waduh ??? sayapun yang di ceritakan saat itu lewat obrolan telepon cukup kaget, “heh ??? kok bisa ???” dan ternyata... ini pun juga berawal dari sinetron yang ia tonton, tentang ibu tiri (jujur memang klien yang bersangkutan memiliki ibu tiri, namun yang di tonton saat itu malah tentang ibu tiri yang jahat, dan jadilah asosiasi (persamaan presepsi) tentang ibu tiri, dan mungkin saat itu di sekitarnya ada benda tajam, jadi asosiasi kekejaman ibu tiri di simbolkan sebagai benda tajam.
Uh ngeri ya ? Saya sendiri tidak habis pikir bagaimana sebuah sinetron yang adalah rekayasa dan hanya di lakukan oleh aktris dan aktor mampu membuat seseorang masuk kedalam trance dalam dan membuat sebuah asosiasi tentang sebuah masalah yang tadinya tidak ada, jadi ada.
Dan lagi bisa di bilang sinetron di Indonesia memang kurang dalam unsur pendidikannya, memang dalam unsur perfilman, peralatan dan ilmu tentang sinematografinya sih bagus, tapi isinya itu lho...
Dan saya pribadi ya suka sih menonton sinetron tapi saya batasi, yang paling saya suka tetap FTV dan beberapa sinetron religi saja, selain itu saya malah nonton kartun, acara magic show, dan stand up comedy atau sitkom.
So be carefull with what you have seen, and trimakasih untuk mas Gunawan selaku Therapist yang menceritakan hal ini pada saya, sekarang jadi tambah ilmu dan bisa di bagikan ke orang banyak...



See ya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar