Pada tulisan saya
kali ini saya tidak ingin membahas banyak hal, hanya sebuah topik yang mungkin
saja sudah menjadi bahan yang cukup banyak di perbincangkan entah karena di
anggap tidak mendidik atau di anggap terlalu lebay saya tidak begitu paham,
tetapi setelah mendengarkan dua buah kasus dari seorang teman therapist, saya
jujur pada awalnya kaget dan tidak menyangka bahwa akar permasalahan berasal
dari sesuatu yang tidak nyata dan bahkan sebenarnya tidak ada hubungannya
dengan pribadinya tetapi kenapa bisa menjadi sangkut paut dengan orang tersebut
?
Yup, sinetron
adalah biang keladi dari permasalahan yang klien teman saya ini derita, memang
untuk mengetahui apa yang menjadi perbincangan saya ingin berbagi cerita pada
teman-teman baik yang memang sudah professional maupun yang sedang berproses
menekuni dunia pemrograman pikiran, begini kira-kira ceritanya :
Teman saya ini di
datangi klien dengan keluhan “hopeless” dan pernah mau mencoba bunuh diri, padahal
konon di ketahui bahwa ia adalah seorang pengusaha yang memiliki banyak
pekerja, dia hidup dalam berkelimpahan. Namun kenapa bisa dia berpikir bahwa
dia tidak bahagia ? Bahkan ada keinginan mencoba untuk bunuh diri, dan
ternyata..
Klien yang
bersangkutan pernah menonton sebuah sinetron yang menceritakan tentang
seseorang yang hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaanpun kok enjoy saja ? Dan
bahkan dia mengatakan pada teman saya ini “Saya iri mas sama yang di sinetron
itu” ealah, sepele tapi dampaknya dahsyat ya teman-teman.
Ada juga seseorang
yang sudah cukup berumur, datang kepada teman saya dengan keluhan phobia benda
tajam (ada sih nama phobianya, silahkan search ya) dan ketika di introgasi
level mendasar (biasanya kan ada kejadian awal yang akhirnya menyebabkan
terjadinya phobia). Tetapi di level ini kok tidak di temukan ? Tanpa habis akal
teman saya ini langsung menanyakan kepada si klien “kapan/sewaktu apa biasanya
perasaan ini muncul” dan ternyata...
“waktu di peluk ibu
mas” waduh ??? sayapun yang di ceritakan saat itu lewat obrolan telepon cukup
kaget, “heh ??? kok bisa ???” dan ternyata... ini pun juga berawal dari
sinetron yang ia tonton, tentang ibu tiri (jujur memang klien yang bersangkutan
memiliki ibu tiri, namun yang di tonton saat itu malah tentang ibu tiri yang
jahat, dan jadilah asosiasi (persamaan presepsi) tentang ibu tiri, dan mungkin
saat itu di sekitarnya ada benda tajam, jadi asosiasi kekejaman ibu tiri di
simbolkan sebagai benda tajam.
Uh ngeri ya ? Saya
sendiri tidak habis pikir bagaimana sebuah sinetron yang adalah rekayasa dan
hanya di lakukan oleh aktris dan aktor mampu membuat seseorang masuk kedalam
trance dalam dan membuat sebuah asosiasi tentang sebuah masalah yang tadinya
tidak ada, jadi ada.
Dan lagi bisa di
bilang sinetron di Indonesia memang kurang dalam unsur pendidikannya, memang
dalam unsur perfilman, peralatan dan ilmu tentang sinematografinya sih bagus,
tapi isinya itu lho...
Dan saya pribadi ya
suka sih menonton sinetron tapi saya batasi, yang paling saya suka tetap FTV
dan beberapa sinetron religi saja, selain itu saya malah nonton kartun, acara
magic show, dan stand up comedy atau sitkom.
So be carefull with
what you have seen, and trimakasih untuk mas Gunawan selaku Therapist yang
menceritakan hal ini pada saya, sekarang jadi tambah ilmu dan bisa di bagikan
ke orang banyak...
See ya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar