Manusia lahir
kedunia ini bukan dengan ketidak sengajaan, bukan hanya karena terjadinya
akibat seorang pria dan wanita melakukan hubungan seksualitas semata. Baik itu
karena memang dalam ikatan pernikahan ataupun di luar pernikahan, di sengaja
oleh keduanya ataupun karena pemaksaan seorang terhadap yang lain.
Lantas apa
sebenarnya makna manusia harus hidup di dalam dunia ini ? Apakah ini semata
karena Tuhan mengusir Adam dan Hawa sebagai manusia pertama di Taman Eden yang ia
ciptakan serupa dan segambar denganNya, karena pelanggaran mereka memakan buah
pengetahuan baik dan yang buruk ?
Yah hingga sekarang
pun mungkin semua orang dari strata dan keahlian apapun, pasti bertanya dan
terus bertanya, “apa tujuan hidupku di dunia ini ?” Tetapi sesuai dengan judul
di atas “Cinta. Rohani, dan Kesehatan” maka saya selaku penulis, ingin
mengungkapkan hubungan ketiganya dengan salah satu pertanyaan maha dahsyat yang
menghantui hidup manusia selalu “Untuk apa aku hidup di dunia ini ?” Atau
sederhananya, “apa makna hidupku ?”
Yang pertama kita
membahas tentang keterkaitan cinta dengan tujuan hidup manusia. Menurut Maslow
(salah satu Psikolog Humanistik) dengan teoriny tentang “hierarki kebutuhan
manusia,” ia menjelaskan bahwa manusia yang hidup bisa mendapatkan
kesejahteraan jika kebutuhannya di penuhi, dan salah satu kebutuhan manusia
menurut teori Maslow adalah adanya perasaan di hargai dan di cintai.
Maka dalam hal ini
Cinta pada dasarnya adalah sebuah hal yang sangat di butuhkan manusia, di mulai
dari cinta dalam keluarga, berlanjut ke lingkungan sosial, ketika remaja
menjadi lebih intens ke lawan jenis, dan pada akhirnya ia kembali membuat
lingkungan baru untuk anaknya kelak. Maka Cinta bisa di katakan juga tidak
hanya sebagai kebutuhan tetapi juga adalah sebuah hal yang seharusnya ada di
setiap langkah kehidupan kita manusia.
Meskipun cinta
kadang sering di samakan dengan sayang, padahal ini sesuatu yang berbeda.
Contohlah seperti “Cinta seorang Ibu” dengan “Sayang seorang Ibu” dari dua
kalimat ini kita sudah pasti paham bahwa seorang Ibu pastilah mencintai anaknya
dengan rasa sayang, jadi...
bisa di katakan CINTA adalah alatnya, atau bisa di katakan cinta itu bahannya, sedangkan SAYANG adalah wujud perlakuannya, dan bila mana orang bisa mengatakan “aku sayang padamu, sedangkan ia membenci sesamanya ?”
bisa di katakan CINTA adalah alatnya, atau bisa di katakan cinta itu bahannya, sedangkan SAYANG adalah wujud perlakuannya, dan bila mana orang bisa mengatakan “aku sayang padamu, sedangkan ia membenci sesamanya ?”
Begitulah Tuhan
Yesus sendiri pernah mengatakan, bahwa barang siapa menagatakan ia mengasihi
Aku, namun membenci sesamanya ? Maka tidak pernah ada Aku di dalam hatinya.
Berlanjut tentang
Rohani, dan meskipun saya selaku penulis bukanlah orang yang suci dalam rohani,
dan juga sebagai manusia yang beragama saya sering sekali bahkan malah seakan
seperti sengaja mencobai Tuhan dengan tingkah laku saya yang memang kadang
iseng bahkan jahat di mata Tuhan.
Rohani sendiri saya
artikan bukan hanya sebagai sebuah kata yang mewakilkan kaset-kaset lagu yang
bernafaskan agama tertentu (biasanya kristiani), namun rohani sendiri saya
artikan sebagai kesungguhan iman percaya pada Tuhan dalam diri seseorang
sendiri, dan kata rohani sendiri juga kadang mewakilkan penilaian diri terhadap
orang tersebut, apakah orang itu begitu terlihat kerohaniannya hanya sebatas
jiwa yang kosong bak tong yang berbunyi nyaring ? Ataukah ia adalah orang yang
benar-benar mengisi hari-harinya dan juga memberikan asupan rohani terhadap
dirinya, sehingga baik asupan jasmani maupun rohaninya tercukupi dengan baik.
Kerohanian
seseorang tidak hanya ternilai dari ketekunannya dalam melakukan sebua ritual
ibadah yang di lakukan setiap hari atau pada hari tertentu, namun sebenarnya
aspek kerohanian sendiri adalah segala sesuatu yang kita kerjakan dan apakah
itu sudah mencerminkan dengan apa yang sudah tertera atau kita pelajari di
dalam keagamaan kita ?
Contoh mudah, bahwa
saya kemarin belajar tentang rukun Islam (meskipun saya nasrani), bahwa dalam
hukum islam ada lima hukum yaitu : Syahadat,Salat lima waktu, Puasa, Membayar
zakat, dan Pergi Haji (bila mampu).
Dan para Muslim dan
Muslimin memegang teguh 4 dari 5 yang setidaknya wajib mereka laksanakan
sebagai seorang yang beragama. Dan saya belajar bahwa hukum ini sebenarnya
tidak hanya sebagai simbolisme di antara para kaum sesama muslim saja, namun
bagi yang non muslim pun ini bisa menjadi contoh, bahwa beribadah (datang
kepada Tuhan) itu bisa kapan saja dan filosofi “wudhu” sendiri mengajarkan
kepada kita yang non muslim bahwa datang kepada Tuhan itu ya minimal bersih
(meski sudah mandipun, wudhu mencontohkan gerakan membersihkan diri di bagian
yang belum sempat tersentuh saat mandi).
Dan satu hal yang
harus kita perhatikan lebih lagi yaitu, kesehatan. Kenapa kesehatan itu di
katakan mahal ? Bukan karena soal kesehatan harus berhubungan dengan uang
tetapi bisa di katakan bahwa kesehatan itu mahal karena untuk membayarnya
kadang kala di butuhkan uang yang tidak sedikit pula, bahkan waktu dan
kebahagiaan yang seharusnya bisa kita nikmati harus tersita untuk menukar itu.
Lalu apa
hubungannya dengan cinta dan rohani ? Hubungannya cukup sederhana, bahwa kita
mencintai diri kita dan tubuh kita ini (tubuh jasmani dan tubuh rohani) maka di
pastikan kita adalah orang yang sangat menghargai kesehatan dan menghargai
dirinya, dan dengan begitu dia kemungkinan juga sangat menghargai kesehatan
orang lain, dengan cara yang penuh cinta, sangat rohani, ia menginginkan juga
supaya kesehatan boleh menjadi hadiah indah untuk siapapun yang ia kasihi juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar