Powered By Blogger

Jumat, 23 Januari 2015

Cinta, Rohani dan Kesehatan





Manusia lahir kedunia ini bukan dengan ketidak sengajaan, bukan hanya karena terjadinya akibat seorang pria dan wanita melakukan hubungan seksualitas semata. Baik itu karena memang dalam ikatan pernikahan ataupun di luar pernikahan, di sengaja oleh keduanya ataupun karena pemaksaan seorang terhadap yang lain.
Lantas apa sebenarnya makna manusia harus hidup di dalam dunia ini ? Apakah ini semata karena Tuhan mengusir Adam dan Hawa sebagai manusia pertama di Taman Eden yang ia ciptakan serupa dan segambar denganNya, karena pelanggaran mereka memakan buah pengetahuan baik dan yang buruk ?
Yah hingga sekarang pun mungkin semua orang dari strata dan keahlian apapun, pasti bertanya dan terus bertanya, “apa tujuan hidupku di dunia ini ?” Tetapi sesuai dengan judul di atas “Cinta. Rohani, dan Kesehatan” maka saya selaku penulis, ingin mengungkapkan hubungan ketiganya dengan salah satu pertanyaan maha dahsyat yang menghantui hidup manusia selalu “Untuk apa aku hidup di dunia ini ?” Atau sederhananya, “apa makna hidupku ?”

Yang pertama kita membahas tentang keterkaitan cinta dengan tujuan hidup manusia. Menurut Maslow (salah satu Psikolog Humanistik) dengan teoriny tentang “hierarki kebutuhan manusia,” ia menjelaskan bahwa manusia yang hidup bisa mendapatkan kesejahteraan jika kebutuhannya di penuhi, dan salah satu kebutuhan manusia menurut teori Maslow adalah adanya perasaan di hargai dan di cintai.
Maka dalam hal ini Cinta pada dasarnya adalah sebuah hal yang sangat di butuhkan manusia, di mulai dari cinta dalam keluarga, berlanjut ke lingkungan sosial, ketika remaja menjadi lebih intens ke lawan jenis, dan pada akhirnya ia kembali membuat lingkungan baru untuk anaknya kelak. Maka Cinta bisa di katakan juga tidak hanya sebagai kebutuhan tetapi juga adalah sebuah hal yang seharusnya ada di setiap langkah kehidupan kita manusia.
Meskipun cinta kadang sering di samakan dengan sayang, padahal ini sesuatu yang berbeda. Contohlah seperti “Cinta seorang Ibu” dengan “Sayang seorang Ibu” dari dua kalimat ini kita sudah pasti paham bahwa seorang Ibu pastilah mencintai anaknya dengan rasa sayang, jadi...

bisa di katakan CINTA adalah alatnya, atau bisa di katakan cinta itu bahannya, sedangkan SAYANG adalah wujud perlakuannya, dan bila mana orang bisa mengatakan “aku sayang padamu, sedangkan ia membenci sesamanya ?”
Begitulah Tuhan Yesus sendiri pernah mengatakan, bahwa barang siapa menagatakan ia mengasihi Aku, namun membenci sesamanya ? Maka tidak pernah ada Aku di dalam hatinya.
Berlanjut tentang Rohani, dan meskipun saya selaku penulis bukanlah orang yang suci dalam rohani, dan juga sebagai manusia yang beragama saya sering sekali bahkan malah seakan seperti sengaja mencobai Tuhan dengan tingkah laku saya yang memang kadang iseng bahkan jahat di mata Tuhan.
Rohani sendiri saya artikan bukan hanya sebagai sebuah kata yang mewakilkan kaset-kaset lagu yang bernafaskan agama tertentu (biasanya kristiani), namun rohani sendiri saya artikan sebagai kesungguhan iman percaya pada Tuhan dalam diri seseorang sendiri, dan kata rohani sendiri juga kadang mewakilkan penilaian diri terhadap orang tersebut, apakah orang itu begitu terlihat kerohaniannya hanya sebatas jiwa yang kosong bak tong yang berbunyi nyaring ? Ataukah ia adalah orang yang benar-benar mengisi hari-harinya dan juga memberikan asupan rohani terhadap dirinya, sehingga baik asupan jasmani maupun rohaninya tercukupi dengan baik.
Kerohanian seseorang tidak hanya ternilai dari ketekunannya dalam melakukan sebua ritual ibadah yang di lakukan setiap hari atau pada hari tertentu, namun sebenarnya aspek kerohanian sendiri adalah segala sesuatu yang kita kerjakan dan apakah itu sudah mencerminkan dengan apa yang sudah tertera atau kita pelajari di dalam keagamaan kita ?
Contoh mudah, bahwa saya kemarin belajar tentang rukun Islam (meskipun saya nasrani), bahwa dalam hukum islam ada lima hukum yaitu : Syahadat,Salat lima waktu, Puasa, Membayar zakat, dan Pergi Haji (bila mampu).
Dan para Muslim dan Muslimin memegang teguh 4 dari 5 yang setidaknya wajib mereka laksanakan sebagai seorang yang beragama. Dan saya belajar bahwa hukum ini sebenarnya tidak hanya sebagai simbolisme di antara para kaum sesama muslim saja, namun bagi yang non muslim pun ini bisa menjadi contoh, bahwa beribadah (datang kepada Tuhan) itu bisa kapan saja dan filosofi “wudhu” sendiri mengajarkan kepada kita yang non muslim bahwa datang kepada Tuhan itu ya minimal bersih (meski sudah mandipun, wudhu mencontohkan gerakan membersihkan diri di bagian yang belum sempat tersentuh saat mandi).
Dan satu hal yang harus kita perhatikan lebih lagi yaitu, kesehatan. Kenapa kesehatan itu di katakan mahal ? Bukan karena soal kesehatan harus berhubungan dengan uang tetapi bisa di katakan bahwa kesehatan itu mahal karena untuk membayarnya kadang kala di butuhkan uang yang tidak sedikit pula, bahkan waktu dan kebahagiaan yang seharusnya bisa kita nikmati harus tersita untuk menukar itu.
Lalu apa hubungannya dengan cinta dan rohani ? Hubungannya cukup sederhana, bahwa kita mencintai diri kita dan tubuh kita ini (tubuh jasmani dan tubuh rohani) maka di pastikan kita adalah orang yang sangat menghargai kesehatan dan menghargai dirinya, dan dengan begitu dia kemungkinan juga sangat menghargai kesehatan orang lain, dengan cara yang penuh cinta, sangat rohani, ia menginginkan juga supaya kesehatan boleh menjadi hadiah indah untuk siapapun yang ia kasihi juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar