Dalam kesempatan
kali ini saya kembali menulis tentang sebuah tulisan singkat dan sederhana
namun saya harap membawa sebuah pengetahuan yang bisa di bagikan secara mudah
dan menyenangkan, dan hebatnya adalah saya mendapat pengetahuan ini ketika saya
mengikuti mata kuliah linguistik jepang dan saat itu pembahasan paling menarik
adalah tentang “Pragmatik”
Pragmatik adalah
cabang dari linguistik yang mengkaji bahasa dari segi pengguna atau tindak
tutur penggunanya (pada setiap tindak tutur terdapat maksud yang terkandung di
dalamnya = Implikatur) dan ternyata dalam hypnosis perlu di perhatikan juga pola
bahasa dan apakah yang kita sampaikan itu sudah benar sampai dan menjadi nilai
yang baru untuk klien yang kita hadapi ?
Baiklah, pembahasan
kita mulai dari “Implikatur.” Seperti yang sudah saya tuliskan di atas,
implikatur adalah maksud dari tindak tutur yang disampaikan dan dalam penyampaiannya
terdapat maksud tertentu. Contoh dari “Implikatur” misalnya begini :
“Bro... kamu kan tahu kita itu berteman baik sudah lama”
Kata yang saya
tebalkan dan beri garis bawah itulah yang di namakan implikatur, karena dalam
penyampaiannya mengandung maksud tertentu dan maksud tersebut tersebut tidak di
sampaikan secara langsung melainkan memiliki banyak makna di balik itu (karena
makna yang di sampaikan bermakna denotatif atau bermakna ganda).
Namun dalam
penyampaiannya agar dapat di pahami oleh lawan bicara, “Implikatur” memiliki 4
maksim/aturan yang harus di taati yaitu :
Maksim Kuantitas :
Artinya dalam
berbicara kita wajib berbicara secukupnya dan dalam porsi yang pas. Contoh yang
salah misalnya
“Nanti tolong kamu turun kebawah dan ambilkan
barang yang ada di atas meja saya itu.
Tahu di mana letak
kesalahannya ? pada kalimat turun kebawah di situ mengandung pola yang di sebut
pemborosan kata, dalam majas di sebut majas “pleonasme” adalah salah satu majas
penegasan namun penegasannya tidak wajib di tuliskan. Dan di kalimat ada di
atas meja saya itu mengandung keambiguan, karena si pemberi perintah tidak
memberikan perintah yang jelas tentang benda apa yang di maksud.
Dalam hypnosis kita
wajib menghindari makna ganda, kecuali anda memang sengaja menggunakan kata
ambigu sebagai pola bahasa yang memang ingin anda mainkan sebagai salah satu
sugesti anda, namun hati-hati dalam menggunakannya jika salah nanti malah
mengandung arti yang membingungkan bahkan klien tidak paham dengan sugesti yang
di tanamkan maka dari itu berikan ketegasan dan kalimat yang pas dalam
menanamkan sugesti ke diri klien.
Maksim Kualitas :
Memberikan Informasi yang benar kepada
seorang, jika seseorang mengatakan A maka apapun terjadi informasi yang tadinya
A itu harus tetap menjadi Informasi yang tetap A, jika informasi A itu berubah
menjadi B atau C atau yang lainnya berarti ada kesalahan penyampaian ketika
informasi di sampaikan dan kemungkinan ada kesalahan penerimaan atau kesalahan
penyampaian.
Maka dalam hypnosis
jika kita menanamkan informasi haruslah benar dan bersifat dapat di terima
terhadap keyakinan dan apa yang dia percayai, jika kita menanamkan informasi
yang salah, maka berbahaya jika terjadi false memory dalam diri klien.
Maksim Relevansi :
Dialog yang di
lakukan haruslah benar, cara termudah dalam memahami maksim ini ialah ketika
kita berdialog soal harga BBM misalnya, nah haruslah apa yang di bicarakan di
dalam dialog itu baiknya dan cara penyampaiannya serta data-datanya masih ada
sangkut pautnya dengan kenaikan BBM, kalau kenaikan BBM di sangkutkan dengan
maraknya aksi begal, lalu di sangkutkan juga dengan adanya demo soal pemerintahan,
nah ini gimana mau menjadi dialog yang benar ?
Yang ada malah
menjadi dialog yang kacau balau plus menyesatkan, dan ujung-ujungnya hal-hal
yang kurang di inginkan malah terjadi. Dan tentunya anda ingin kan kalau
pertemua dengan klien itu berujung ke kesembuhan klien bukan ke mana-mana ?
Maksim Cara :
Dan yang terakhir
ialah cara, cara menentukan bagaimana penyampaian makna yang di inginkan bisa
terwujud, dua cara dalam penyampaian bahasa ialah verbal dan non verbal. Verbal
berarti menggunakan bahasa sebagai media atau alat penyampai makna satu ke
makna lainnya, sedangkan non verbal bisa dengan bahasa tubuh, gerakan tangan,
mimik muka, bahkan bahasa mata serta beberapa hal yang belum saya jelaskan di
sini (maklum keterbatasan, hehehe...)
Cara juga sangat penting
dan bahkan menjadi pondasi bagaimana anda ingin membawa klien menuju kondisi
trance dengan aman dan nyaman, contoh :
Anda menerapi
seorang peselam, tetapi cara yang anda terapkan ternyata masih salah dengan
memasukan kata “dalam” sebagai kosa kata yang baku untuk melakukan deepening,
kata “dalam” bagi peselam jika membayangkan laut maka artinya itu membuat dia
menyelam ke dasar yang lebih lagi, padahal realita dalam pikiran itu efeknya
luar biasa bahkan salah-salah bisa membunuh orang tersebut.
Perhatikan cara
anda melakukan therapy, bahkan perhatikan kata yang anda pakai sekalipun,
ingat, salah cara timbul bencana.
Dan dalam pragmatik
sendiri komunikasi di susun menjadi tiga tahap yaitu
Lokusi yang artinya “struktur kalimat secara fisik” bisa dengan
tulisan, bisa dengan ucapaan bahkan dengan bahasa tubuh
Selanjutnya ada Ilokusi “Maksud kalimat yang di ucapkan
pembicara” mengandung makna apakah dan apa yang ia katakan ?
Terakhir ialah Perlokusi “Reaksi penerima maksud dari
Ilokusi” dalam hal ini lawan bicara dan apa respon di balik itu
Jika di tuliskan
sebagai contoh, misalnya...
“Semuanya...” (di
ucapkan dengan pelan, namun dengan hentakan tangan ke meja)
Beberapa detik yang
lantas memberikan efek berpikir cepat dan akhirnya mahasiswa pun diam.
Well itulah
kira-kira secuil ilmu pragmatik yang bisa saya jabarkan untuk anda, semoga
bermanfaat dan berfaedah, trimakasih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar